Senin 22 Apr 2019 10:42 WIB

Rumah Batik dan Tenun Baznas Tingkatkan Penghasilan Mustahik

Ke depan pemasaran kain tenun dan batik dilakukan secara online.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Dwi Murdaningsih
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, Irfan Syauqi Beik, bersama Founder Kakadits Tenun Indonesia, Nurussyifa Ardhita, dalam acara Eco Fashion Mustahik BAZNAS di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Ahad (21/4).
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, Irfan Syauqi Beik, bersama Founder Kakadits Tenun Indonesia, Nurussyifa Ardhita, dalam acara Eco Fashion Mustahik BAZNAS di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Ahad (21/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Program Rumah Batik dan Tenun Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sudah berjalan satu tahun. Meskipun baru satu tahun, program ini telah mampu meningkatkan penghasilan mustahik penenun hingga dua kali lipat. Pemasaran batik dan tenun masih dilakukan secara offline, tapi ke depannya, akan dikembangkan pemasaran secara online.

Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas Irfan Syauqi Beik, menjelaskan program ini dikelola Baznas memang punya tugas dan tanggung jawab yang komprehensif untuk membangun wilayah pedesaan. 

Baca Juga

“Pendapatan para mustahik penenun naik hampir dua kali lipat,” kata dia dalam acara Eco Fashion Mustahik Baznas di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Ahad (21/4).

Baznas telah melakukan riset kepada para mustahik yang mereka bina, pendapatan mereka naik sekitar 98 persen. Baznas akan dorong ini agar mendapat high impact dari sisi kesejahteraan, semua potensi lokal bisa berdaya.

 

“Kita terinspirasi dari Korea Selatan yang memiliki konsep pemberdayaan desa. Pada 1970, Indonesia dengan Korea Selatan 11-12 untuk kondisi pedesaannya, tetapi pada 2016 Korea Selatan jauh lebih maju. Kuncinya ternyata adalah membangun desa itu,” kata Irfan.

Ini menjadi konsen Baznas agar bisa mengoptimalkan potensi yang ada di pedesaan agar ekonomi bergerak, jika ekonomi bergerak maka kesejaheraan masyarakat akan meningkat. Lalu mengapa berdayakan mustahik lewat tenun dan batik? Sebab, di beberapa lokasi, seperti Ende, Tuban, dan Sambas, memiliki batik dan tenun berkualitas tapi belum tergarap secara optimal apalagi ini juga terkait dengan budaya Indonesia.

Keadaan itu menjadi  peluang yang ditangkap Baznas. Konsepnya, bukan hanya sekedar memproduksi, tetapi dikaitkan juga dengan eco fashion, yakni batik dan tenun dari bahan-bahan alami. Para penenun sebelumnya mendapat penghasilan kecil, tapi dengan eco fashion, mereka layak mendapat reward lebih.

“Yang penting adalah spiritnya dan sangat ramah dengan lingkungan. Dengan adanya tantangan global warming, maka kebutuhan bahan yang tidak rusak lingkungan itu akan sangat dibutuhkan. Kita ingin Indonesia bisa ambil pangsa pasar fashion industry yang berkembang,” ucap Irfan.

Rumah Batik dan Tenun Baznas, kini sudah ada di tig lokasi yakni Ende, Tuban, dan Sambas, dengan total keseluruhan 65 keluarga sehingga jika ditotal sekitar 305 orang yang sudah diberdayakan. Dengan belanja hasil batik dan tenun mereka, sama dengan meningkatkan ekonomi keluarga mereka.

“Kita akan kembangkan bukan hanya di tiga lokasi, tapi kalau bisa di seluruh Indonesia. Tadi sudah bisik-bisik ada tiga lokasi tambahan untuk dikembangkan. Minimal mimpi kami menghantarkan mereka pada shop dari muzaki dengan mustahik sekitar Rp 5,2 juta per bulan. Kita ingin naikkan lagi,” kata Irfan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement