Rabu 17 Apr 2019 11:41 WIB

Dari Masjid, Maktab, dan Madrasah

Lembaga pendidikan yang pertama kali dikenal dalam sejarah Islam adalah masjid.

Madrasah
Foto: Nonang MR/Republika
Madrasah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Madrasah didirikan sebagai tempat belajar-mengajar ilmu-ilmu Islam. Pada abad ke-10 dan 11, madrasah dimaksudkan terutama untuk mengajarkan ilmu-ilmu keislaman termasuk ilmu fikih, filsafat, dan sastra. Namun kini, fungsi madrasah bersifat mendua.

Walau semula dibentuk sebagai lembaga pengajaran pengetahuan Islam pada jenjang yang lebih tinggi-berbeda dengan kuttab atau maktab yang merupakan tempat belajar anak-anak di Timur Tengah-istilah madrasah kini lazim digunakan untuk menyebut sekolah dasar ilmu Alquran.

Sebelum ada madrasah, lembaga pendidikan yang pertama kali dikenal dalam sejarah Islam adalah masjid. Ada istilah masjid jami' (masjid besar) yang memiliki beberapa lingkaran studi (halaqah), seperti  dar, bait, dan khizanah. Ketiganya merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyebut perpustakaan. Institusi lain yang mirip dengan madrasah adalah ribath, khangah, zawiyah, turbah, dan duwairah. Seluruhnya merupakan model sekolah keagamaan pada abad pertengahan.

 

Awalnya, proses belajar-mengajar di madrasah dikaitkan dengan masjid. Tahap berikutnya, sistem khangah masjid berkembang menjadi penginapan para santri. Tahap terakhir adalah pembentukan madrasah sebagai institusi yang berdiri sendiri. Sebuah madrasah merupakan bangunan yang digunakan untuk belajar sekaligus tempat tinggal para guru dan murid. Biasanya, perpustakaan dibangun berdekatan dengan madrasah.

Untuk operasionalnya, madrasah memperoleh subsidi dari sumber-sumber pendapatan yang permanen, seperti hasil sewa tanah di perkotaan dalam bentuk wakaf. Dalam rentang waktu yang cukup panjang, terdapat tumpang tindih antara fungsi masjid dan madrasah. Masjid-masjid tradisional tetap menjadi tempat belajar meski banyak madrasah telah didirikan.

Sedangkan, istilah madrasah juga berarti ruangan di dalam masjid yang dipergunakan untuk belajar-mengajar. Di Makkah misalnya, madrasah sering dibangun di samping masjid-masjid besar.

Di kalangan Muslim India, madrasah-madrasah didirikan untuk pendidikan tingkat tinggi yang menghasilkan pegawai negeri dan pegawai kehakiman. Sementara di Indonesia, membicarakan madrasah berarti harus menyebut pula pondok pesantren, sebuah sistem pendidikan yang umumnya menyebar di Malaysia, khususnya di daerah Kedah dan Kelantan, juga di Thailand Selatan.

Kata pondok berasal dari bahasa Arab,  funduq,  yang berarti penginapan. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri yang berarti murid agama. Para santri tinggal di asrama-asrama pondok, memasak makanan, dan mencuci pakaian mereka sendiri. Ada pesantren yang santrinya khusus perempuan atau laki-laki. Ada pula pesantren yang muridnya terdiri atas laki-laki dan perempuan, namun tempatnya dipisah.

Di pesantren, terdapat guru utama yang dikenal dengan sebutan kiai. Para kiai inilah yang memainkan peranan penting dalam perkembangan dunia pesantren di Indonesia. Biasanya, pesantren mengalami kemunduran bila kiainya wafat.

Di Singapura, terdapat puluhan sekolah Islam dan madrasah. Sejak 1971, sekolah-sekolah ini mengajarkan matematika, sains, dan bahasa Inggris. Para murid pun diperbolehkan mengambil ujian yang sama dengan siswa-siswa yang berasal dari sekolah umum. Madrasah-madrasah ini memiliki hubungan dengan Timur Tengah dan keberhasilan murid-murid mereka diukur dari diterima atau tidaknya mereka belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, atau lembaga pendidikan lainnya di Timur Tengah.

Madrasah atau pondok pesantren juga ada di Thailand. Saat ini, pondok-pondok pesantren di sana berada di bawah kendali negara. Campur tangan pemerintah yang makin jauh terhadap kurikulum pesantren justru mendorong para santri belajar ke negara-negara Timur Tengah. Merekalah yang kemudian menjadi perantara masuknya pengaruh Islam dari luar ke Thailand.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement