Rabu 17 Apr 2019 04:04 WIB

Merekat Ukhuwah di TPS

Senyummu di hadapan saudaramu (sesama Muslim) adalah sedekah bagimu.

Pencoblosan di Pemilu 2019 (ilustrasi)
Foto: republika
Pencoblosan di Pemilu 2019 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wisnu Tanggap Prabowo

Seorang Muslim membawa kebaikan di mana pun ia berada, tidak terkecuali di tempat pemungutan suara (TPS) pada 17 April 2019 esok. TPS dapat menjadi ajang mempererat ukhuwah di antara warga.

Setibanya di sana, alangkah indahnya jika kaum Muslimin berlomba-lomba untuk mengucapkan salam terlebih dahulu kepada saudara nya, baik yang kita kenal maupun belum kita ke nal. Saling bertegur sapa dan bertukar senyum kepada seluruh orang yang hadir di TPS terlepas apa pun agamanya juga mencerminkan akhlak mulia dalam Islam.

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya, 'Apakah (amal dalam) Islam yang pa ling baik?' Maka Rasulullah bersabda, 'Eng kau memberi makan dan mengucapkan salam ke pada orang (Muslim) yang kamu kenal atau pun tidak kamu kenal'." [HR Bukhari dan Muslim]. Senyum bukan saja sedekah, melainkan wasilah untuk mempererat ukhuwah dan keru kun an antarsesama. Senyuman adalah sinyal kuat keis lam an seseorang sekaligus syiar bagi agama Islam itu sendiri.

"Senyummu di hadapan saudaramu (sesama Muslim) adalah sedekah bagimu." [HR Tirmidzi]. Saling bertegur sapa dan membuka perca kap an ringan dapat meredam polarisasi, terlebih pada era digital, ketika media sosial telah me ngam bil porsi yang signifikan dari interaksi lang sung antarsesama. Kemudian, melatih diri untuk mengantre juga selaras dengan nilai-nilai Islam.

Kedisiplinan dan kesabaran adalah dua hal yang dapat diambil pada hari klimaks tahun pemilu ini. Sebagai hamba Allah yang beriman, kita meyakini apa pun hasilnya telah tercatat di Lauhul Mahfudz. Nabi bersabda, "Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50 ribu tahun, sebelum penciptaan langit dan bumi." [HR Muslim].

Manusia memang berupaya menempuh sebab dunia, tetapi Allah jualah yang menentukan. Dengan mengimaninya, hati seorang Muk min akan menjadi lapang, terlepas apa pun hasil akhirnya. Tidak hanya terkait denga hasil pemilu, tetapi juga dalam keseharian seorang Mukmin. Terakhir, hendaknya kita membersihkan tangan-tangan kita dari perbuatan curang, termasuk menerima suap atau bahkan memberi suap. Dari sahabat mulia Ibnu Umar, beliau ber kata, "Rasulullah SAWme lakn at yang memberi suap dan yang meneri ma suap." [HR Tirmidzi].

Klimaks tahun politik bukanlah momen menegangkan saat sesama manusia saling menaruh curiga, berburuk sangka, dan bertukar cela. Sebaliknya, ia dapat menjadi momen pemersatu umat, perekat antarwarga negara, pencair suasa na, sekaligus kesempatan menuai pahala. Semoga Allah Azza wa Jalla memberi negeri ini pemimpin yang mencintai Allah dan Allah mencintainya. Kita doakan pemimpin kita nanti siapa pun yang terpilih. Wallahu A'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement