Selasa 09 Apr 2019 19:33 WIB

Mengapa Bertasawuf Penting? Ini Penjelasan Habib Luthfi

Bertasawuf di era sekarang penting sebagai upaya mewujudkan perdamaian.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (ketujuh kanan, depan) didampingi Ketua Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mutabarah al-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya (keenam kanan, depan) dan Bupati Pekalongan Asip Kholbihi (keempat kanan, depan) berfoto bersama para ulama saat Konferensi Ulama Sufi Dunia yang dihadiri 91 ulama sufi dunia dari 36 negara di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (8/4/2019).
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (ketujuh kanan, depan) didampingi Ketua Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mutabarah al-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya (keenam kanan, depan) dan Bupati Pekalongan Asip Kholbihi (keempat kanan, depan) berfoto bersama para ulama saat Konferensi Ulama Sufi Dunia yang dihadiri 91 ulama sufi dunia dari 36 negara di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (8/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya,  memaparkan perjalanan tasawuf hingga sampai ke Indonesia.

Dia menjelaskan, masuknya Islam di Indonesia dibawa ulama yang tidak terlepas dari sebagiannya merupakan keluarga dan keturunan Rasulullah SAW. Padahal pada waktu itu kekuatan agama di Indonesia, Hindu dan Buddha, sangat kuat. Di antaranya Kerajaan Sriwijaya di Palembangm, Padjajaran di Jawa Barat, dan Majapahit di Jawa Timur, di mana penguasaan Majapahit ini sampai Bangladesh. 

Baca Juga

Habib Lutfhi lantas menyampaikan mengapa perkembangan Islam di Indonesia bisa masuk secara damai bahkan bisa hidup berdampingan dengan kerajaan saat itu dan tidak saling tumpang-tindih. Ini karena ada peran para sufi pada waktu itu di antaranya yakni Jamaluddin Husein.

"Semua ini tidak terlepas dari Jamaluddin Husein. Beliau datang masuk ke Indonesia rata-rata dari pedagang," katanya dalam Konferensi Sufi Internasional di Pekalongan, Selasa (9/4).

Islam masuk ke Indonesia, lanjut Habib Lutfhi, tidak terlepas melalui jalur perdagangan, pertanian, dan obat-obatan atau kedokteran yang dikenal sekarang ini. Sehingga, perkembangan Islam penuh kedamaian saat masuk ke berbagai daerah. "Karena beliau mau masuk ke tiap mantiqah-mantiqah (daerah)," ujarnya.

Dalam kondisi itu, ada ulama yang masuk di kerajaan sehingga mendapat kesempatan untuk diangkat dan ini membuat dirinya bisa melindungi banyak orang lainnya. Ada pula yang masuk ke dalam dunia pertanian dan perdagangan serta pertahanan.

"Perkembangan ini saling ittishal (terhubung). Ini sebelum ada perkembangan dunia pesantren, atau madrasah, hanya merupakan satu kelompok kecil yang disebut padepokan," katanya.

Dari situlah, papar Habib Lutfhi, lahir tokoh ulama di Indonesia khususnya di Jawa saat itu. Karena itu juga, agar tasawuf ini terus berkembang, saat ini perlu dipikirkan bagaimana upaya mengenalkan tasawuf kepada semua kalangan anak negeri di berbagai negara.

"Sehingga dunia tasawuf atau tarekat tidak menjadi barang kuno atau bertentangan dengan syariah. Di dalam pertemuan ini, penting sekali untuk menyusun satu kitab atau dakwah kita di tiap desa," ungkapnya.

Menurut Habib Luthfi, dakwah melalui tasawuf ini amat penting sehingga negara mana pun dapat menerima perkembangan dunia tasawuf dan tarekat agar tasawuf dan tarekat ini tidak dipandang sebagai suatu jalan yang sempit. Jika tasawuf ini mewarnai seluruh bangsa, dunia akan dipenuhi kedamaian.

"Karena tazkiyatul qulub (pembersihan hati) itulah yang berperan. Timbul pertempuran karena hatinya ada suatu penyakit, ingin berkuasa, dan lain sebagainya. Ini semuanya penyakit-penyakit di hati masing-masing," imbuhnya.

Habib Lutfhi pun meyakini, seandainya tasawuf dan tarekat bisa berkembang, paling tidak seperempat persen di dunia, insya Allah ahli tasawuf menjadi mushlih atau pendamai di tiap negaranya masing-masing.

"Tarekat tidak bisa dikembangkan oleh pribadi masing-masing, kecuali didukung satu dengan yang lain, satu negara dengan yang lain, melalui dunia perdagangan yang saling barter akan bisa saling menghidupi perkembangan dunia Islam," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement