REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ucapan kebencian adalah tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan. Hasutan dan hinaan itu disampaikan kepada individu atau kelompok yang lain dalam hal berbagai aspek.
"Di antaranya ras, warna kulit, etnis, gender, cacat, kewarganegaraan, agama, dan lain-lain," kata Pimpinan Majelis Talim dan Zikir Baitul Muhibin Habib Abdurrahman Asad AlHabsyi melalui pesan hikmahnya yang diterima Republika.co.id, Selasa (9/4).
Saat ini, menurut Abdurrahman, banyak orang yang menebar kebencian dengan bangga menyebut jika mereka sudah berani bersikap sebagai wujud jihad dan menunjukkan jika pilihannya adalah yang diyakini paling benar.
Dengan melakukan hal ini, mereka juga cenderung merasakan kepuasan karena berhasil menjelekkan orang atau golongan lain. Sayangnya, mengutip pendapat pakar kesehatan psikologi, kebiasaan menebar kebencian di media sosial ini justru menunjukkan kelemahan besar dari seseorang.
"Yakni tanda bahwa dirinya kurang mendapatkan kasih sayang baik itu dari keluarga atau saat melakukan interaksi sosial dengan orang lain," katanya.
Abdurrahman menukilkan riwayat Ibn Abbas RA. Ketika Rasulullah SAW memandang Ka’bah, beliau bersabda, “Selamat datang, wahai Ka’bah, betapa agungnya engkau dan betapa agung kehormatanmu. Akan tetapi orang mukmin lebih agung di sisi Allah daripadamu. Sesungguhnya Allah mengharamkan darimu satu perkara dan mengharamkan dari seorang mukmin tiga perkara, yaitu; darahnya, hartanya, dan prasangka buruk terhadapnya.” (HR al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman, ash-Shahihah: 3420). "Mari katakan: say no to hoax," kata Habib.