Senin 08 Apr 2019 18:07 WIB

KH Choer Affandi, Menuntut Ilmu dari Pesantren ke Pesantren

KH Choer Affandi membagi ilmu-ilmu ke dalam 'fan'.

(Ilustrasi) KH Choer Affandi
Foto: tangkapan layar google
(Ilustrasi) KH Choer Affandi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rihlah keilmuan Kiai Choer Affandi terus berlanjut. Dia melangkahkan kaki ke Sukabumi, Jawa Barat, untuk belajar ilmu faraid dan ilmu waris di Pesantren Gunung Puyuh.

Masih di daerah yang sama, sosok yang lahir dengan nama Onong Husen ini juga bermukim di Pesantren Tipar untuk mengkaji ilmu tafsir. Perjalanan dari pesantren ke pesantren ini dilakoninya hingga 1942. Di tahun yang sama, KH Choer Affandi mendirikan Pesantren Wanasuka di desa tempat kelahirannnya. Hal itu dilakukannya sambil terus belajar pada KH Abdul Hamid dan KH Didi Abdul Majid.

Baca Juga

Adeng dalam artikelnya untuk Jurnal Patanjala (Maret, 2011) memaparkan secara detail sembilan pesantren yang pernah menjadi tempat Choer Affandi menuntut ilmu. Di Pesantren Cipancur, Tasikmalaya, enam bulan lamanya dia belajar pada KH Dimyati.

Di Pesantren Pangkalan, Ciamis, dia belajar ilmu tauhid pada KH Abdul Hamid, sosok Nahdlatul Ulama yang sangat anti-Belanda. Di Pesantren Cikalang, dia sempat belajar satu bulan lamanya sebelum diusir oleh seorang kiai karena diketahui sebagai anti-Belanda.

Di Pesantren Sukamanah, dia memantapkan jiwa jihad melawan penjajah serta mempelajari ilmu-ilmu agama kepada KH Zainal Mustafa. Di Pesantren Jembatan Lima, Jakarta, dua bulan lamanya dia belajar ilmu falak kepada KH Mansyur. Di Pesantren Tipar, Sukabumi, dia belajar ilmu mantiq tiga bulan lamanya.

Di Pesantren Gunungpuyuh, Sukabumi, dia belajar ilmu tafsir dan hadis kepada KH Ahmad Sanusi. Selanjutnya, ilmu tasawuf dipelajarinya dari H Didi Abdul Majid di Pesantren Wanasuka, Ciamis. Terakhir, ilmu makrifat dikajinya dari KH Sayuti di Pesantren Grenggeng, Kebumen.

Semangatnya untuk mencari ilmu memang tidak pernah padam. Selain itu, KH Choer Affandi juga piawai dalam melakukan klasifikasi atas ilmu-ilmu yang diperolehnya dari beragam ulama yang ditemuinya di pesantren-pesantren. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa dia membagi ilmu-ilmu itu ke dalam sejumlah bidang yang diistilahkannya fan.

Fan tauhid didapatkannya dari belajar di Pesantren Cipancar Cigugur Pangkalan, Langkap Lancar Ciamis atas asuhan KH Abdul Hamid.

Fan ilmu fiqih dari Pesantren Cikalang Tasikmalaya. Fan ilmu alat atau nahwu dan sharaf dikajinya dari kitab-kitab Ibtida dan Tsanawi di Sukamanah. Kepada KH Masluh di Legok Ringgit dan Ma'hadul 'Aly Paniis, KH Choer Affandi juga mempelajari nahwu dan sharaf.

Fan tafsir dan asmaul husna diperolehnya dari KH Ahmad Sanusi di Guyung Puyuh, Sukabumi. Fan ilmu falak dari KH Manshur di Pesantren Jembatan Lima, Jakarta.

Rupanya, KH Choer Affandi juga menguatkan semangat jihadnya melawan penjajah dengan mempelajari segi-segi fan ruh al-jihad Islam.

Hal itu dipelajarinya terutama dari KH Zainal Mustafa, pendiri Pesantren Sukamanah. Adapun fan ilmu waris dari KH Mahfudz di Babakan Tipar, Sukabumi. Sementara itu, fan ilmu Alquran dan tajwid dari para ustaz di Cigeureung, Tasikmalaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement