REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fase berikutnya adalah menyusun semua informasi itu dalam sebuah lawh al-tarsim, papan gambar, dan memasukkan data-data penting ke dalamnya.
Al-Idrisi kemudian membuat garis yang menandai batas dari tujuh iklim dunia, timur dan barat, dan dibatasi oleh lintang dari Kutub Utara hingga khatulistiwa. Al-Idrisi mencatat bahwa dari Samudra Atlantik di barat dan ke Cina di timur adalah garis 180 hingga 360 derajat bujur dunia.
Setelah sketsa kasar selesai di buat di papan gambar, mulailah pembuatan peta. Para pengrajin perak memindahkan garis-garis besar negara, lautan, sungai, jurang, semenanjung, dan pulau-pulau dari papan gambar ke papan perak. Al- Idrisi menjelaskan bahwa Bumi itu bulat seperti bola yang tentu berlawanan dengan ke percayaan semua orang Eropa yang meyakini bahwa Bumi datar. Dia membuat peta bola dunia (globe) yang terbuat dari 400 kilogram perak.
Selain peta, al-Idrisi juga mempersiapkan sebuah buku petunjuk peta yang berisi informasi yang dikumpulkan dari bukunya terdahulu yang berjudul Nuzhat al- Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Hi bur an untuk Manusia yang Rindu Mengembara ke Tempat-Tempat Jauh) yang berisi peta-peta yang sangat perinci mengenai Eropa, Afrika, dan Asia.
Gabungan peta dunia dan buku itu akhirnya dinamakan al-Kitab al- Rujari atau dalam bahasa Latin di sebut Tabula Rogeriana (Buku Roger) yang berisi 71 peta, sebuah peta dunia, peta iklim, dan penjelasan beberapa kota. Buku geografi itu diawali dengan kata pengantar, diikuti penjelasan mengenai dunia yang dibagi tujuh iklim, tampaknya meng ikuti sistem Ptolemaeus. Tiap iklim dibagi lagi menjadi 10 seksi dengan peta terkait.
Keunggulan peta itu dibandingkan peta buatan Eropa pada abad pertengahan adalah sifatnya yang informatif. Peta al-Idrisi menggambarkan tujuh benua dan tujuh samudra yang dilengkapi informasi terperinci dan mendetil. Misalnya, rute-rute perdagangan, nama-nama danau, sungai, kota-kota besar, laut an, daratan, dan gunung disertai dengan data-data jarak dan tinggi suatu tempat.
Buku Roger secara sistematis juga menggambarkan dunia dari barat ke timur dan dari selatan ke utara. Setiap bagian buku dibuka dengan gambaran umum wilayah, daftar kota-kota utama, laporan lengkap dari setiap kota, dan jarak antarkota. Seperti, dari Fez menuju Ceuta di Maroko membutuhkan waktu tujuh hari perjalanan atau dari Fez me nuju Tlemcen butuh sembilan hari.
Al-Idrisi juga menggambarkan kota yang hilang di Ghana. Dia menyebutnya sebagai kota yang paling besar, paling padat dihuni, dan pusat perdagangan terbesar negara-negara Afrika. Spanyol mendapat tempat khusus di hati al-Idrisi. Dia sangat memuji Toledo dengan dinding-dinding ha lus dan perbenteng an serta situs kuno yang dipelihara.
“Taman-taman Toledo yang dicampur dengan kanal mengairi kebun buah dan menghasilkan buah de ngan jumlah luar biasa. Keindahan yang tak terkatakan,” tulisnya.
Al-Idrisi juga menyebut kota beserta keterangannya. Misalnya, untuk wilayah Inggris, Hastings disebut sebagai kota yang cukup besar, padat penduduknya, dengan banyak bangunan, pasar, industri, dan perdagangan. Dover adalah kota yang tidak jauh dari Sungai London.
Sementara, London disebut sebagai kota pedalaman. Chartres sebuah pasar pertanian, Meaux merupakan pusat negeri Prancis. Roma disebut memiliki keindahan oriental dengan 1.200 gereja dan jalan yang diaspal dengan marmer biru dan putih. Tampak bahwa al-Idrisi mengingin kan peta yang terkini. Buku ber judul Geografi (Al-jughrafiya) karya Ptolemaeus pun dianggap sudah ke tinggalan zaman.
Pascameninggalnya Roger II, Al- Idrisi melanjutkan untuk menulis sebuah karya geografis untuk William I, putra Roger II. Namun, pada 1160 terjadi pemberontakan di Sisilia melawan William I. Pemberontak menjarah istana, membakar catatan pemerintah, buku, dan dokumen termasuk edisi Latin terbaru dari Buku Roger yang rencananya dipersembahkan kepada William. Karena pemberontakan itu, al-Idrisi melarikan diri ke Afrika Utara, tempatnya menetap selama enam tahun dan kemudian meninggal.