Senin 01 Apr 2019 22:08 WIB

Menanggulangi Kata-Kata Kasar

Terlalu banyak orang baik yang diam

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,OLEH: Moch Hisyam

Mengapa kata-kata kasar, kotor, dan keji merebak di tengah-tengah pergaulan anak-anak kita, tidak hanya terucap di saat mereka berinteraksi langsung dengan teman-temannya. Namun, saat berinteraksi melalui WA, FB, dan Instagram pun demikan? Padahal, mereka berstatus sebagai pelajar yang kerap mendapatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Kata-kata kasar, kotor, dan keji yang mereka ucapkan tidak hanya saat mereka berada di luar sekolah dan rumah. Bahkan, kata-kata itu pun terlontar dari lisan mereka saat ber ada di sekolah dan di rumah yang notabene tempat pendidikan dan pengajaran yang utama bagi anak. Lebih daripada itu, ucapan kasar, kotor, dan keji pun dengan mudah menular dan menjangkiti kepada anak-anak lain yang sebelumnya tak pernah berkata kasar, kotor, dan keji.

Mengapa ini bisa terjadi menimpa anak-anak kita yang notabene mereka adalah generasi kita yang akan melanjutkan perjalanan bangsa ini? Ada banyak penjelasan, tapi semua jawaban mengerucut pada satu hal: terlalu banyak orang baik yang diam. Jika menginginkan kata-kata kasar, kotor, dan keji yang kerap dilontarkan oleh generasi bangsa ini berubah menjadi kata-kata sopan, santun, dan beradab, salah satu yang harus dilakukan adalah mendorong orang-orang baik 'berbicara'.

Bangsa ini membutuhkan barisan aktif, yang tidak tinggal diam saat melihat hal-hal yang bisa diubah ke arah lebih baik, sekalipun dirinya tak bersentuhan langsung dengan kondisi dan situasi tidak nyaman tersebut.

Bayangkan jika semua orang tua, guru, tokoh agama, tokoh masya ra kat, dan seluruh elemen masyarakat, saat mereka melihat, mendengar, dan menyaksikan kata-kata kasar, kotor, dan keji terucap dari anak-anak kita, langsung menegur dan menasi hatinya. Saat di rumah ditegur dan di na sihati langsung oleh orang tuanya.

Begitu pun saat mereka berada di sekolah dan di lingkungan masyarakat ditegur dan dinasihati oleh guru dan masyarakatnya. Jika setiap hari hal ini dijalankan, insya Allah akan tercipta sebuah perubahan. Kata-kata yang terlontar dari lisan anak-anak kita akan ber ubah menjadi kata-kata yang penuh kesatunan dan kesopanan yang mem berikan kenyamanan dan ke sejukan bagi kita yang mendengarnya.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman." Jangan berhenti pada sele mah-lemahnya iman, tanpa lebih dulu usaha, minimal bicara, betapa pun terasa berat. Wallahu a'lam. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement