REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cina memiliki suatu peradaban tua, tetapi lestari dalam sejarah umat manusia. Lembah Sungai Kuning (Yangtze) merupakan tempat lahirnya kebudayaan Cina mula-mula. Dinamakan demikian karena sungai terbesar di Cina utara itu kerap berwarna kuning keruh akibat longsor di tepiannya. Penduduk memanfaatkan kesuburan tanah di sekitar Sungai Kuning untuk bercocok tanam sehingga mampu membina komunitas besar.
Daratan Cina terbagi menjadi tiga daerah, yakni utara, tengah, dan selatan. Cina utara memiliki Peking (kini Beijing) sebagai kota pentingnya. Adapun Cina tengah berpusat di Nanjing. Antara Cina utara dan Cina tengah terpisahkan deret pegunungan yang sukar dilalui. Wilayah Cina selatan memiliki kontur berbukit-bukit sampai ke pesisirnya di sebelah tenggara. Kota terpentingnya adalah Kanton dengan pelabuhan dagangnya yang selalu ramai, menghadap ke Laut Cina Selatan. Ketiganya sampai hari ini masih menjadi kota-kota besar di Republik Rakyat Cina (RRC).
Asal nama cina atau china berasal dari nama dinasti Ch'in yang berkuasa sepanjang tahun 221-206 sebelum Masehi (SM). Shi Huang Ti merupakan pendiri dinasti tersebut sekaligus kaisar pertama yang mampu menyatukan Cina secara politik. Nama lain Cina adalah Tiongkok, yang berasal dari istilah Chung-kuo. Kata chung berarti 'tengah', sedangkan kuo artinya 'negeri'. Para penguasa Cina senang menganggap negerinya berada di tengah-tengah atau sebagai pusat dunia.
Cina juga terkenal dengan Jalur Sutra yang besar pengaruhnya dalam menghubungkan kebudayaan Timur dan Barat. Mungkin, sutra Cina merupakan komoditas yang sering diperdagangkan melaluinya sehingga menjadi nama jalur tersebut.
Peter Frankopan, penulis buku The Silk Roads: A New History of the World (2015), menjelaskan, pada 119 SM Dinasti Han (206 SM-220 M) merebut koridor Gansu, sebuah wilayah strategis di Cina tengah. Dari sana, penguasa Han kala itu terus berekspansi ke barat hingga Pegunungan Pamir di Asia Tengah. Sejak saat itulah, kata Frankopan, Jalur Sutra lahir sebagai penghubung lintas benua.
Itulah yang antara lain menjembatani kebudayaan Cina dengan negeri-negeri di sebelah barat, termasuk Arab dan Eropa. Dalam abad pertama Masehi, dunia menyaksikan dua imperium besar, yakni Han di timur dan Romawi di barat. Jalur Sutra menghubungkan keduanya di rute darat, sedangkan di rute laut kapal-kapal dapat berlayar dari Kanton kemudian mengarah ke Selat Malaka, Samudra Hindia, Laut Merah, hingga Laut Mediterania.
Barang-barang mewah dari Cina merupakan kegemaran para elite Romawi yang sedang mengalami masa-masa makmur. Sementara itu, orang-orang Arab kerap menjadi pedagang perantara dalam jalur perniagaan antara Cina dan Romawi.