REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG— Pesantren berpotensi menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa, jika kemampuan dan peluang kewirausahaan bisa diberdayakan di dalamnya.
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, mengatakan di daerahnya, saat ini ada 4.759 pondok pesantren (ponpes) dan lebih dari 600 ribu santri.
Keberadaannya tersebar merata di 35 kabupaten/ kota, yang ada di provinsi Jawa Tengah. "Ini merupakan potensi yang dahsyat," ungkapnya, Senin (1/4).
Wagub mengatakan, jika potensi ini bisa dioptimalkan, pesantren bakal melahirkan sumberdaya insani dengan kemampuan lebih lengkap. Pesantren tidak hanya akan menjadi tempat pesemaian bagi pendidikan karakter dan ahlak generasi penerus bangsa.
"Namun juga akan diimbangi dengan kesiapan para santri menghadapi tantangan ekonomi, di tengah kemajuan teknologi dan industri global pada masa mendatang," kata dia.
Menurut Wagub, berbagai upaya dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah guna mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Tak terkecuali UMKM di lingkungan ponpes. Di antaranya berupa bantuan bibit untuk sektor pertanian, pelatihan, pengemasan hingga pemasaran produk UMKM.
Selain itu juga membantu mengurus perizinan pangan industri rumah tangga (PIRT), sertifikat halal, dan lainnya, serta bantuan kredit modal usaha melalui Kredit Mitra 25 Bank Jateng.
Pada periode 2018- 2019, lanjutnya, Pemprov Jawa Tengah menyiapkan PIRT dan sertifikat halal untuk 100 UMKM secara gratis.
Kemudian pada 2020 nanti bakal ditingkatkan menjadi 500 UMKM yang di antaranya merupakan produk dari pesantren.
Bagi pondok pesantren yang memiliki usaha dan ingin mengurus PIRT dan sertifikat halal, datang ke Pemprov dan semua gratis.
"Karena ini merupakan upaya Pemprov Jawa Tengah untuk mendorong tumbuhkembangnya UMKM di Jawa Tengah," kata pria yang akrab disapa Gus Yasin ini.
Wagub juga menambahkan, pendidikan di pondok pesantren harus terus dilestarikan dan dikembangkan, dengan tidak meninggalkan era atau selalu mengikuti zaman.
"Artinya ponpes tidak hanya berkualitas di bidang syariat dan pengetahuan agama, tetapi juga paham ekonomi dan melek teknologi," lanjutnya.
Di lain pihak Pemerintah Pusat juga tengah gencar melaksanakan kegiatan santripreneur, guna memacu tumbuhnya wirausaha baru dan pengembangan unit industri di lingkungan pesantren.
Hal ini pun menjadikan ponpes berpotensi besar menciptakan wirausaha baru dan menumbuhkan sektor industri kecil dan menengah (IKM).
Dalam implementasi Santripreneur ini, ada dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di ponpes. Yaitu Santri Berindustri dan Santri Berkreasi.
Santri Berindustri merupakan upaya pengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh ponpes maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial.
Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.
Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni.
"Mereka terpilih dari beberapa ponpes untuk menjadi seorang profesional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini," kata wagub.