Jumat 29 Mar 2019 22:43 WIB

Pesantren Al-Ittifaq, Mencetak Ulama Pakar Agrobisnis

Pesantren Al-Ittifaq memberikan bekal kemampuan bertani.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Nashih Nashrullah
Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil meluncurkan Program One Pesantren One Product (OPOP), di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah, Rancabali Kabupaten Bandung, Rabu (12/12). Dari jumlah 9.000 persantren di Jabar, maka sebagai tahap awal, program OPOP akan dimulai pada 600 persantren.
Foto: Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil meluncurkan Program One Pesantren One Product (OPOP), di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah, Rancabali Kabupaten Bandung, Rabu (12/12). Dari jumlah 9.000 persantren di Jabar, maka sebagai tahap awal, program OPOP akan dimulai pada 600 persantren.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Di bawah kaki Gunung Patuha, sebuah pondok pesantren berdiri, tepatnya di Ciburial, Rancabali, Kabupaten Bandung. Pesantren bernama Ponpes Al-Ittifaq ini unik karena tak hanya menyajikan pendidikan agama Islam bagi para santrinya. 

Dengan nuansa alam yang asri khas kaki gunung, Pimpinan Ponpes Al-Ittifaq, KH Fuad Affandi mengembangkan pesantren yang tak hanya mencetak ahli agama tapi juga agrobisnis. 

Baca Juga

Disesuaikan dengan lingkungan sekitar, membudidayakan pertanian dipilihnya untuk memanfaatkan potensi alam.

Memanfaatkan lahan sekitar pesantren, berbagai jenis sayur mayur ditanamkan. 

Petaninya tak lain adalah santri yang menuntut ilmu di sana. Santri yang kebanyakan masyarakat sekitar dan juga golongan ekonomi rendah dididik tidak ilmu agama tapi juga kemampuan berwirausaha dari sektor pertanian.

Kyai Fuad atau biasa disapa Mang Haji mengatakan ada banyak keutamaan dari bertani yang dipilihnya untuk dikembangkan. Memanfaatkan kekayaan alam yang diberikan Allah SWT menjadi pekerjaan yang disebutnya paling berkah.

"Keberkahan yang besar itu ada di sektor pertanian. Petani bukan hanya kepentingan perutnya saja. Coba, berapa banyak makhluk Allah yang numpang hidup dari pertanian, ada lalat, burung, bebek, kambing, bahkan manusia juga sangat bergantung," kata Mang Haji dalam kuliah publik yang digelar di Masjid Salman ITB, Jumat (29/3).

Mang Haji mengatakan menjadi petani adalah pekerjaan yang paling mudah. Tidak perlu ada gelar sarjana ataupun syarat-syarat lainnya. Menurutnya asal mau bersungguh-sungguh, siapapun bisa jadi petani.

Pertanian, kata Mang Haji, juga menjadi kebutuhan yang paling besar di dunia. Sehingga harus terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan pangan makhluk hidup.

"Urat nadi bangsa di tangan petani. Karena mencukupi kebutuhan pangan," ujarnya.

Dia berpendapat jika terjadi krisis, ekonomi yang paling aman adalah kegiatan pertanian. Sehingga sangat potensial untuk terus dikembangkan, bahkan oleh generasi muda.

Dia menceritakan dulunya pesantren yang didirikan oleh kakeknya, KH. Mansyur, hanya menerapkan sistem pendidikan yang mengkaji ilmu agama, tanpa belajar ekonomi. Namun, Mang Haji akhirnya mengelola ponpes agar lebih modern dengan menyesuaikan kebutuhan zaman.

Sejak 1970, Mang Haji perlahan menggeliatkan pertanian yang dirintisnya bersama para santri. Perlahan tapi pasti, usaha agribisnis rintisannya berhasil memasok sayur mayur ke pasar tradisional bahkan supermarket hingga ekspor. Mulai dari buncis, kentang, tomat, lobak, jagung, hingga kubis.  

Hasil dari produksi sayuran ini menjadi operasional pesantren. Santri yang ikut bertani pun dibebaskan dari biaya pesantren. Sehingga banyak masyarakat yang ingin menjadi santri di pesantren tersebut.

"Saya selalu mengajarkan kepada santri itu kewajiban santri ada empat, yaitu disiplin tinggi, bekerja keras, etos kerja, tapi juga hargailah teknologi," ujar Mang Haji.

Para alumni santrinya saat ini banyak yang sudah menjadi petani sukses. Mereka bisa menjadi wirausahawan yang juga memiliki pengetahuan agama 

Atas kesuksesannya tersebut, perwakilan pemerintah terus berdatangan. Bahkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun sempat menggulirkan program One Pesantren One Product di pesantren Mang Haji.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement