REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Imam Nawawi dalam kitabnya Riyadh Al-shalihun juga menjelaskan keutamaan berzikir bagi orang yang dalam keadaan duduk, berbaring, haid, atau junub. Orang yang junub dan haid tidak dihalalkan membaca Alquran.
''Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.'' (QS Ali Imran ayat 190-191).
Seperti diriwayatkan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW senantiasa menyebut nama Allah dalam keadaan apa pun.
''Dan, bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling.''(QS Alkahfi: 28).
Bahkan, ketika akan tidur pun, seseorang dianjurkan untuk senantiasa ingat akan Allah. Merujuk pada surat Ali Imran ayat 90-91, mereka senantiasa berzikir di kala berdiri, duduk, dan berbaring.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Huzaifah dan Abu Dzar RA, "Sesungguhnya, Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila kalian beranjak menuju tempat tidur (mau tidur), bacalah Bismika Allahumma Ahya wa bismika Amut. Dengan nama-Mu ya Allah yang menghidupkan dan dengan nama-Mu pula saya mati'."
Dalam riwayat Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra, Rasulullah mengajarkan keduanya agar senantiasa bertasbih, bertakbir, dan bertahmid (memuji Allah), masing-masing sebanyak 33 kali.
Dan, dari Aisyah RA, diriwayatkan oleh ahli hadis, Rasulullah mengajarkan agar sebelum tidur seorang Muslim dianjurkan untuk membaca surah Al-Ikhlas, Alfalaq, dan Annas, masing-masing sebanyak tiga kali. Dengannya, dirinya akan terpelihara dari gangguan setan dan hasutan para jin.
Dari beberapa keterangan ini, sudah seharusnya setiap Muslim untuk senantiasa berzikir (ingat) kepada Allah, menyucikan nama-Nya, mengagungkan asma-Nya, dan mensyukuri atas segala karunia dan nikmat yang telah diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Sungguh sangat naif bila seorang manusia yang telah diberikan berbagai karunia itu enggan untuk melaksanakan shalat, tak mau berzikir, dan tak mau bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya.
Karena itu, banyaknya majelis-majelis zikir saat ini hendaknya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT. Bukan dengan mempersoalkan dan menuduh serta menganggap kegiatan zikir tersebut sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Alquran ataupun hadis Nabi SAW.