REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak sedikit ulama yang ikut berjuang melawan penjajah dengan tujuan Indonesia meraih kemerdekaan. Salah satu tokoh kharismatik yang melakukan itu adalah Syekh Muhammad Yusuf. Ulama tersebut juga dikenal sebagai Engkong Yusuf.
Dia merupakan pejuang yang disegani, baik oleh penjajah maupun kelompok penyamun khususnya di Depok, Jawa Barat. Salah seorang cicitnya, Fachruddin Sholeh menuturkan, Engkong Yusuf juga merupakan guru spiritual Presiden Sukarno.
Bahkan, menurut dia, tongkat komando pertama yang dipegang Sukarno berasal dari pemberian Syekh Yusuf. Saat akan memproklamasikan kemerdekaan, Syekh Yusuf diketahui juga berada di kediaman Sukarno. Sesekali, Bung Karno juga sering datang ke rumah Syekh Yusuf di Depok dengan diantar sopirnya yang bernama Matarib.
Engkong Yusuf juga merupakan panglima Hizbullah yang memobilisasi massa untuk membumihanguskan Batalyon 10 di lapangan Banteng. Kawasan tersebut saat itu merupakan markas Belanda di Batavia (Jakarta).
Aksi itu membuat Belanda kerepotan. Karena, konon Syekh Yusuf tidak mempan ditembak, tidak mempan diledakkan dengan bom, bahkan bisa menghilang dari sergapan dan kepungan Belanda. Setelah itu, perjuangan Syekh Yusuf terus dilanjutkan hingga kemerdekaan.
Setelah sukses membumi hanguskan pasukan Belanda di Lapangan Ban teng, lalu beliau ke Depok dengan pasukan Hizbullah untuk membumihanguskan karesidenan Depok.
Saat Republika berziarah ke makam Syekh Yusuf di Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, pada batu nisannya tertulis tanggal kelahirannya, yakni pada 1971. Namun, sumber lain menuturkan, sebenarnya Syekh Yusuf lahir pada 1857.
Silsilah dan guru
Syekh Yusuf merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Ayahnya bernama Sanen dan ibunya bernama Putri Kecil. Putri Kecil ini adalah anak Pangeran Kuflu, yang merupakan putra dari Putri Deknor.
Selanjutnya, Putri Deknor adalah anak Raden Saleh. Raden Saleh putra dari Pangeran Jayakarta. Sedangkan, Pangeran Jaya karta adalah Syarif Hidayatullah. Ibu Syarif Hidayatullah adalah seorang wanita pilihan bernama Endang Geulis Putri dari Prabu Kiansantang. Sedangkan, Prabu Kiansantang adalah putra dari Prabu Siliwangi.
Menurut Fachruddin, salah seorang cicit Engkong Yusuf kepada Republika.co.id awal bulan ini. Masa kecil Syekh Yusuf dihabiskanya di wilayah Cikini, Jakarta Pusat. Kemudian, di tengah perjuangannya Syekh Yusuf pindah ke Depok pada 1890.
Selanjutnya, Syekh Yusuf menikah dengan Aisyah binti Jian, seorang wanita asli kelahiran Kampung Serab, Sukmajaya, Depok. Pernikahan mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Hap sah, Aminah, dan Abdullah.
Di Depok, Syekh Yusuf mendapatkan hibah tanah seluas 6,5 Hektare dari masyarakat asli Depok. Di lokasi itulah kemudian Syekh Yusuf mendirikan rumah dan padepokan pencak silat yang bernama Sinar Cikini. Syekh Yusuf belajar Ilmu bela diri dan agama kepada KH Muhiddin Parung Sapi Jasinga, Bogor, Jawa Barat.
Ilmu KH Muhiddin sendiri jika dirunut sesungguhnya berasal dari Syekh Abdul Muhyi Pamijahan,Tasikmalaya, Jawa Barat. Ilmu Syekh Abdul Muhyi berasal dari Syekh Abdul Rouf Al Baghdadi, alim yang berguru kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Selain berguru kepada KH Muhiddin, menurut Facruddin, Syekh Yusuf juga belajar agama kepada Syekh Nawawi al-Bantani. Beliau itu satu generasi dengan Syekh Kholil Bangkalan, sa ma-sama belajar kepada Syekh Nawawi al-Bantani, jelas Fachruddin.