Rabu 20 Mar 2019 16:20 WIB

Erdogan Desak Negara Barat Tolak Tiga Penyakit Anti-Islam

Tiga persoalan itu telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: AP Photo/Richard Drew
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak negara-negara Barat untuk menentang rasisme, xenophobia, dan Islamofobia.

Ajakan ini muncul menyikapi peristiwa penembakan di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3) lalu. 

Baca Juga

Menurutnya, Erdogan, Barat punya tanggungjawab untuk menyelesaikan persoalan tersebut. 

Erdogan mengatakan, tiga persoalan itu telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat dan pemerintah Barat harus mengecamnya.

"Sangat penting menetapkan ideologi yang bengkok seperti itu, seperti anti-semitisme, sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan," kata dia seperti dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (20/3).

Di mata Erdogan, dunia harus menjelaskan semua hal dari apa yang terjadi. Selain itu juga perlu memahami bagaimana teroris menjadi radikal dan hubungannya dengan kelompok-kelompok teroris untuk mencegah tragedi di masa depan.

Semua pemimpin di Barat, lanjut Erdogan, harus belajar soal keberanian, kepemimpinan, dan ketulusan dari Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern. Termasuk bagaimana merangkul Muslim yang tinggal di negara mereka.

Erdogan juga menyinggung pelaku penembakan di Selandia Baru yang merekam aksinya secara langsung. "Beberapa kali dia menyebut Turki dan saya sendiri ingin tahu dan patut dikaji lebih dalam," kata dia.

Jumat (15/3), terjadi peristiwa penyerangan terhadap Muslim di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Juru bicara Australian Federal Police (AFP) mengonfirmasi Brenton Tarrant yang membunuh 50 jamaah itu belum pernah terdeteksi sebagai ekstremis sayap kanan. 

Tarrant merupakan warga negara Australia yang besar di Grafton, sebuah kota kecil yang terletak 500 kilometer sebelah utara Sydney.

Ada tiga orang yang ditangkap atas penembakan yang juga melukai puluhan orang tersebut. 

Tapi kini polisi mengatakan Tarrant melakukan kejahatan yang disiarkan secara langsung di Facebook itu seorang diri.

Tarrant sudah didakwa satu pembunuhan tapi kepolisian Selandia Baru yakin dakwaan lain akan menyusul.

"Sebagai seorang pemimpin yang telah berulang kali menekankan bahwa terorisme tidak memiliki agama, bahasa atau ras, saya dengan tegas menolak segala upaya untuk mengaitkan serangan teroris pekan lalu dengan ajaran, moral atau prinsip-prinsip kekristenan," tambah Erdogan.

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement