Rabu 20 Mar 2019 14:21 WIB

Bagaimana Menolong Orang Muslim yang Zalim?

Kekuasaan yang zalim cenderung merusak tatanan kerukunan.

Ilustrasi Doa
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Doa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Idealnya, hubungan antarsesama manusia berlangsung dalam suasana tenteram. Apalagi, bila nuansanya adalah relasi di antara orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Namun, pada faktanya idealisme tidak selalu terwujud.

Acap kali, keharmonisan terganggu oleh orang-orang yang berlaku zalim terhadap sesama manusia atau orang beriman. Kezaliman akan mengganggu tatanan umum. Bentuknya bisa macam-macam, tetapi polanya selalu sama, yakni ketika orang yang kuat atau berkuasa menindas mereka yang lemah atau nirdaya.

Baca Juga

Terkait itu, ada sebuah hadis Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari, beliau bersabda, "Tolonglah saudaramu, baik yang zalim maupun yang dizalimi."

Ketika itu, para sahabat yang menyimaknya lantas bertanya, "Bagaimana cara menolong orang yang zalim, wahai Rasulullah?"

 

Beliau menjawab, "Engkau mencegah dia dari berbuat zalim. Maka sesungguhnya engkau telah menolongnya."

Pencegahan yang dimaksud bisa macam-macam bentuknya. Mulai dari lisan hingga perbuatan. Sebagai contoh, ketika seorang Muslim menyaksikan seseorang hendak berbuat jahat kepada yang lain, maka langsung katakan kepadanya, "Jangan kamu melakukannya."

Cara yang paling ampuh adalah dengan membuat suatu sistem yang menangkal kezaliman. Hal itu juga sudah diisyaratkan dalam hadis Nabi SAW yang lain, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim.

"Aku (Abu Sa’id Al Khudri) pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa di antara kalian yang melihat kemunkaran, maka hendaknya dia mengubahnya dengan kedua tangannya. Jika tidak mampu melakukannya, maka hendaknya dengan lisannya. Jika tidak mampu lagi, maka hendaknya (mencegah kemunkaran) dengan hatinya, itulaj selemah-lemahnya iman.'"

Dari uraian di atas, tampak hubungan dialektis dalam menolong orang-orang agar terlepas dari kezaliman, baik mereka sebagai pelaku atau korban. Ketika lisan dan perbuatan tidak mampu juga melakukannya, maka hati yang "menjerit" sudah dinilai suatu kebaikan karena diniatkan untuk menolong sesama Muslim. Bagaimanapun, seorang Muslim memang tidak dilarang untuk mendoakan supaya hidayah dan petunjuk Allah SWT datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement