Selasa 19 Mar 2019 16:14 WIB

Dubes Australia: Fraser Anning Juga Dikecam di dalam Negeri

Dubes Australia menduga, Fraser Anning tak akan terpilih lagi di Senat.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, KH Muhyiddin Junaidi dan Dubes Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan di MUI Pusat, Selasa (19/3).
Foto: Republika/Fuji Eka Permana
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, KH Muhyiddin Junaidi dan Dubes Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan di MUI Pusat, Selasa (19/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia Gary Quinlan mengunjungi Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta hari ini. Salah satu agendanya, pembahasan aksi terorisme yang menimpa umat Islam di Selandia Baru pada Jumat (15/3) lalu. Dalam kesempatan ini, Gary juga menyinggung sikap kontroversial senator Australia, Fraser Anning.

Seperti diketahui, senator asal Queensland itu menyalahkan umat Islam pasca-serangan teroris yang terjadi di Selandia Baru pada pekan lalu itu. Menurut Gary, saat ini masyarakat Australia dan seluruh dunia berduka cita.

Baca Juga

Maka dari itu, pernyataan si senator Australia itu sangat tidak bisa diterima. Bahkan, sesama anggota parlemen di Negeri Kanguru pun banyak yang mengecamnya.

"Itu (pernyataan Senator Fraser Anning) juga sudah mendapat kecaman yang luas dari dalam dan luar negeri, pada April 2019 akan ada pemilihan senator, pasti orang seperti itu tidak akan diterima dan dipilih oleh masyarakat bangsa Australia," kata Gary Quinlan saat ditemui di kantor MUI Pusat, Jakarta, Selasa (19/3).

Baginya, sikap dan komentar Fraser Anning itu secara tidak langsung mengingatkan bangsa Australia supaya menyadari betapa buruknya suatu ujaran kebencian, termasuk yang menyasar para imigran dan umat Islam. Lebih lanjut, Gary menilai, kelompok semisal Fraser itu sesungguhnya sekumpulan orang yang sakit secara psikologis.

 

Media Sosial

Dubes Australia untuk RI itu juga menyampaikan rencana pada Juni 2019 mendatang, yakni terkait pertemuan G-20. Gary mengungkapkan, Perdana Menteri Australia dan Presiden Indonesia dijadwalkan akan ikut menghadiri acara level internasional itu.

Di antara materi pembahasan adalah signifikansi media sosial dalam kondisi dunia akhir-akhir ini. Menurut dia, para pengelola platform media sosial mesti menjalankan aturan yang efektif untuk meredam peredaran ucapan kebencian.

"Media sosial harus memberikan peraturan tentang bahaya ucapan kebencian, kalau dibiarkan begitu saja akan tanpa ada batas," ujarnya.

Gary juga menyampaikan keinginan Perdana Menteri Australia. Masyarakat Australia diharapkan bisa belajar kepada Muslim Indonesia. Sebab Muslim Indonesia berbeda dengan Muslim di negara-negara lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement