REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno
Alquran menegaskan bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu itu berpasang-pasangan. Dalam firman-Nya, "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah." (QS adz-Dzariyat [51]: 47-49).
Karena itu, secara fitrah manusia memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis (bukan kepada sesama jenis). Sehingga ada sesuatu yang amat kuat menarik, dengan dorongan naluriah dan fitrahnya, seorang pria akan mendekati wanita. Sebaliknya, dengan perasaan dan kecenderungan alamiahnya, wanita merasakan kesenangan ketika didekati oleh pria.
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang." (QS Ali Imran [3]: 14).
Oleh karena itu, jika ada orang yang mencintai sesama jenis--pria mencintai pria atau wanita mencintai wanita--berarti telah melanggar fitrahnya sendiri. Jika hal itu terjadi, dipastikan tidak akan dapat meraih kebahagiaan hidup.
Untuk merealisasikan ketertarikan terhadap lawan jenis itu, dan agar menjadi sebuah hubungan yang benar dan manusiawi, Islam datang dengan membawa suatu ajaran yang dinamakan pernikahan. Melalui pernikahan, seseorang akan meraih kebahagiaan hidup.
Pernikahan merupakan pintu gerbang membangun sebuah keluarga. Dan agar bangunan keluarga itu langgeng-–tidak sebatas di dunia, tetapi juga di akhirat--dalam membangun sebuah keluarga, seseorang harus mempunyai visi dan misi yang jelas dan terukur.
Sebab, keberhasilan seseorang dalam membangun sebuah keluarga di dunia, akan menjadi jembatan untuk membangun kebersamaan (berkumpul) kembali, bersama anak cucu (keluarga) di surga kelak.
Allah SWT berfirman, "Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga)…" (QS at-Thur [52]: 21).
Dalam membangun sebuah keluarga, pasangan suami istri harus memiliki visi yang jelas, yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Visi membangun sebuah keluarga itu adalah 'Terwujudnya keluarga surga di dunia dan surga di akhirat.' Sebagaimana doa yang selalu kita panjatkan, "Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil-aakhirati hasanah waqinaa adzaabannar," (Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan (kebahagiaan) di dunia dan kebaikan (kebahagiaan) di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka). (QS Al-Baqarah [2]: 201).
Dari visi itu kemudian dijabarkan ke dalam misi untuk membangun sebuah keluarga. Yaitu, pertama, membangun dan mengembangkan eksistensi umat manusia. Kedua, adanya fungsi tarbiyah. Yaitu, terbangunnya proses tarbiyah (pendidikan dan pembinaan) di dalam keluarga. Ketiga, menjalankan peran dakwah dan kepemimpinan di tengah masyarakat.
Semoga Allah membimbing keluarga kaum Muslimin dalam upaya membangun sebuah rumah tangga, yang sakinah mawaddah warahmah dan mengantarkan kepada surga di dunia dan surga akhirat. Amin.