Sabtu 16 Mar 2019 18:18 WIB

Keutamaan Rajab

Rajab menjadi bulan kedua yang paling dekat dengan Ramadhan.

Menjemput keistimewaan Rajab
Foto: republika
Menjemput keistimewaan Rajab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rajab menjadi bulan kedua yang paling dekat dengan Ramadhan. Kerinduan kepada Ramadhan sudah terasa pada bulan ini. Para hamba kian giat mengerjakan amal saleh. Mereka mendengar adanya keutamaan bulan Rajab yang berstatus sebagai bulan haram.

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bu lan yang empat itu. Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang bertakwa." (QS at-Taubah:36).

Said Quthb dalam tafsir Fizi lalil Quran menjelaskan, Allah telah mengharamkan berperang pada empat bulan yang haram, yaitu tiga bulan berturut-turut (Dzulqaidah, Dzulhijah, dan Muharram) serta bulan keempat yang terpisah (Rajab). Pengharaman tersebut berkenaan dengan diwajibkannya haji pada bulan-bulan tertentu sejak zaman Nabi Ibrahim dan Ismail.

Meski bangsa Arab kerap mengubah agama Nabi Ibrahim dan menyimpang dari tauhid, mereka masih menghormati pengharaman pada empat bulan itu. Hal tersebut tak terlepas dari empat bulan haji yang amat penting bagi orang Hijaz, khususnya penduduk Makkah. Adanya masa perdamaian pada waktu itu di Jazirah Arab turut mempertebal upaya menjaga keharaman bu lan-bulan tersebut.

Meski demikian, hawa nafsu manusia bermain. Kaum musyrikin hendak menghalalkan salah satu bulan haram dengan meng akhirkannya pada satu tahun dan memajukannya pada tahun yang lain. Maka, meski bilangan bulannya ada empat, bulan tersebut lantas diganti. Karena itu, pada tahun ke-9 (waktu diturunkannya ayat tersebut), bulan Rajab bukanlah Rajab yang sebenarnya dan bulan Dzulhijah bukan yang sebenarnya. Pada masa itu, bulan Rajab menjadi Jumadil Akhir dan Dzulhijah menjadi Dzulqaidah.

Terompet perang pun dibunyikan yang menurut bahasa mereka terjadi pada masa Jumadil Akhir tetapi realisasinya pada Rajab. Dalam salah satu hadis dari Abu Bakrah, Nabi SAW bersabda, "Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu ta hun itu ada 12 bulan. Di antara nya ada empat bulan haram (su ci). Tiga bulannya berturut-turut, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijah, dan Muharram. (Satu bulan lagi ada lah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya' ban." (HR Bukhari dan Muslim).

Keutamaan bulan Rajab tidak lain karena dia menjadi salah satu dari empat bulan haram di dalam Islam. Ibadah di dalamnya amat besar pahalanya sebagai mana dosa yang juga besar nilai nya. Hal itu pun diterangkan oleh Imam al-Qurthubi bahwa per buat an dosa pada bulan haram hukumannya dilipatgandakan sebagaimana pahala amal saleh dilipatgandakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement