Kamis 14 Mar 2019 20:19 WIB

Lika-liku Pembangunan Masjid Tokyo Indonesia di Jepang

Masjid Tokyo Indonesia menjadi pusat kegiatan dakwah Islam Indonesia di Jepang.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nashih Nashrullah
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan tausyiah usai menunaikan Salat Tarawih di Masjid Indonesia Tokyo, Meguro, Tokyo, Jepang, Ahad (4/6) (ilustrasi)
Foto: Antara
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan tausyiah usai menunaikan Salat Tarawih di Masjid Indonesia Tokyo, Meguro, Tokyo, Jepang, Ahad (4/6) (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Anda Muslim Indonesia yang berkunjung ke Tokyo, Jepang, jangan lewatkan untuk mengunjungi Masjid Tokyo Indonesia. Masjid yang terletak di kawasan Meguro ini rampung dibangun pada 2017 lalu.

“Sebelumnya di Jepang memang sudah banyak masjid namun belum ada masjid Indonesia, sehingga kalau shalat Idul Fitri atau Idul Adha harus datang ke masjid Turki atau di balai Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT). Jadi sudah lama kita ingin bangun masjid,” ujar Panitia Pembangunan Masjid Indonesia Tokyo sekaligus Humas Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang, Firman Bagja Juangsa.

Baca Juga

KMII Jepang merupakan organisasi dakwah Islam di negara berjuluk negeri sakura tersebut.

Firman bercerita, kepanitiaan pembangunan Masjid Indonesia Tokyo dibentuk pada 1999. 

Hanya saja sampai 2010, panitia bisa mengumpulkan dana sekitar Rp 200 juta, sehingga tak signifikan. Padahal untuk mendirikan sebuah bangunan di Tokyo perlu biaya sangat banyak.

Akhirnya pada 2010, kepanitiaan dirombak dan fokus menggalang dana. “Awalnya kita ingin bangun masjid di tanah kosong, namun seperti diketahui tanah di Tokyo sangat mahal dan tidak terjangkau,” tutur dia. 

Firman melanjurnya, akhirnya pada 2012 sampai 2012 kita approach Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu), lalu sekitar 2015 sampai 2016, Kemenlu beri surat keputusan kita bisa bangun masjid di tanah sisa Kompleks SRIT. 

Setelah itu, kata dia, panitia melakukan pencarian kontraktor dan terus menggalang dana hingga terkumpul sekitar 200 juta yen atau setara Rp 20 miliar lebih. 

Berbagai cara dilakukan panitia dalam rangka mengumpulkan dana, mulai dari menggandeng Kitabisa.com di Indonesia sampai mendekati beragam oraganisasi Islam di Jepang.

“Alhamdulillah kita dapat banyak, dari Astra dapat sekitar Rp 5 miliar, lalu dari Pertamina sekitar Rp 3 miliar. Dari penggalangan dana lewat Kitabisa.com juga mencapai Rp 1 miliar. Selebihnya kita tutup dari sumbangan berbagai lapisan masyarakat,” tuturnya. 

Dia menjelaskan, bangunan masjid didesain pada 2015, lalu mulai dibangun pada 2016, dan mulai digunakan pada 2017. 

Kini Masjid Tokyo Indonesia menjadi pusat organisasi kegiatan dakwah Islam Indonesia di Jepang.

Berbagai program serta kegiatan pun dilakukan, meliputi shalat lima waktu berjamaah, shalat jumat, serta pengajian yang terkadang mengundang pula ustaz dari Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement