Kamis 14 Mar 2019 09:43 WIB

Lentera Hidup Bagi Orang-Orang Lalai

penulis menjelaskan betapa kualitas moral umat Islam memprihatinkan.

Ilustrasi Kitab Kuning
Foto:

Dalam mukaddimah-nya, penulis menjelaskan betapa kualitas moral umat Islam semakin hari semakin memprihatinkan. Inilah alasan utama Imam Muhyiddin berjihad melalui kekuatan tintanya, berupaya mengentaskan umat Islam dari keterpurukan akhlak.

Sehingga, ia fokuskan temanya pada aktualisasi amar ma'ruf nahi munkar sesuai konsep Alquran dan sunah Nabi SAW. Judul buku Tanbih al-Ghafilin, seakan mengajak umat Islam untuk tidak terperangkap dalam jaring-jaring kemungkaran.

Imam Muhyiddin mengatakan, banyak orang yang merendahkan saudaranya yang berpihak pada kebenaran. Akibatnya, banyak orang yang malu-malu melakukan kebajikan di depan umum karena takut dihina. ''Oleh karena itu, saya merasa perlu menjelaskan hal-hal positif yang baik untuk dikerjakan. Dan mengingatkan untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tercela yang mengakibatkan pada penyesalan di hari kiamat,'' tegasnya.

Konsepsi dasar amar ma'ruf nahi munkar yang diusung Imam Muhyiddin mengacu pada ayat Alquran surat Ali Imran yang artinya, ''Hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.'' (Ali Imran: 104).

Sayyid Qutb dalam Fi Zhilalil Quran menafsirkan ayat tersebut sebagai sebuah seruan Allah kepada umat Islam untuk tidak terpecah-pecah dan saling berselisih. Oleh karena itu, menurut Sayyid Qutb, harus ada segolongan orang yang secara konsisten menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Segolongan umat itu, lanjutnya, berdiri tegak di atas fondasi iman dan persaudaraan. Terdapat kewajiban yang berat di atas pundak golongan kaum Muslimin, sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di muka bumi. Mereka itulah yang melaksanakan manhaj Allah.

Pada surah Ali Imran ayat 105, dijelaskan oleh Allah, ''Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.''

Menurut Sayyid Qutb, umat Islam adalah umat yang diorbitkan oleh Allah untuk berperan mengentaskan umat manusia dari kegelapan hidup. Oleh karena itu, Allah memberikan karunia kepada umat Islam berupa akidah, ilmu pengetahuan, akhlak, dan nilai-nilai luhur.

Dalam kitabnya, Imam Muhyiddin an-Nahhas memberikan klasifikasi sistematis dalam mempraktekkan amar ma'ruf nahi munkar. Ia menyusun kitab Tanbih al-Ghafilin dalam tujuh bab, yang berisi tata cara melaksanakan kebajikan dan menjauhi kemungkaran.

Pertama, Keutamaan amal ma'ruf nahi mungkar; kedua, Cara dan kaidah mengingkari maksiat dan kemungkaran; ketiga, Ancaman kepada yang meninggalkan amal ma'ruf nahi mungkar; keempat, Dosa bagi orang yang memerintahkan kebaikan tetapi dia tidak melaksanakannya untuk dirinya; kelima, Pembahasan mengenai berkenaan dosa besar dan kecil; keenam, Tentang perkara yang dilarang agama; dan ketujuh, Pembahasan berkenaan kemungkaran, bidah, dan sesuatu yang baru.

Setiap bab di atas diklasifikasi dengan pasal-pasal. Misalnya, bab satu terdiri atas tujuh pasal yang mengupas tema-tema yang saling terkait antara satu pasal dan pasal yang lain. Pasal satu membahas syarat-syarat wajibnya amar ma'ruf nahi munkar. Kemudian, dilanjutkan dengan pasal dua yang menjelaskan siapa yang menegakkan kewajiban tersebut. Demikian seterusnya.

Setiap bab diawali dengan pencantuman beberapa ayat Alquran yang terkait dengan tema pembahasan. Makna dari ayat-ayat tersebut dijelaskan dengan hadis-hadis Nabi SAW dan pendapat ahli tafsir, seperti Imam Qurthubi, serta ulama-ulama besar dari disiplin lain, seperti Al-Mawardi.

Selanjutnya, tema bahasan diperkaya lagi dengan hadis-hadis sahih, disertai penjelasan yang luas dan mendalam dari pendapat para ulama. Di akhir setiap pembahasan, Imam Muhyiddin membuat kesimpulan-kesimpulan dan hukum-hukum. Penentuan hukum tidak ditetapkan secara semena-mena, tetapi dikupas terlebih dahulu latar belakangnya sesuai dengan tuntunan agama.

Metode penulisan yang demikian memudahkan para pembaca untuk mendalami suatu permasalahan berdasarkan sumber-sumber otentik ajaran agama, yaitu Alquran dan hadis. Pembaca juga dapat menyelami samudra ilmu dari para ulama besar seputar tema amar ma'ruf nahi munkar.

Hadirnya kitab ini di tengah-tengah umat Islam dapat menjadi pemicu kesadaran akan kedudukannya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Konsekuensi dari umat terbaik yang diutus Allah kepada umat-umat lain, umat Islam diwajibkan menyeru manusia kepada kebaikan dengan cara-cara yang bijaksana. Di saat yang sama, juga mencegah kemungkaran untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan dan kejahiliahan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement