Rabu 13 Mar 2019 07:07 WIB

Umat Islam di Georgia Berjuang Bangkit dari Keterpurukan

Georgia sempat sengsara di bawah kekuasaan soviet.

Presiden Georgia Giorgi Margvelashvili mengunjungi Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) pada Rabu (11/4).
Foto: Emirates News Agency
Presiden Georgia Giorgi Margvelashvili mengunjungi Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) pada Rabu (11/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semuanya berubah di Georgia. Negara yang dulu sempat sengsara di bawah kekuasaan Soviet, kini merasakan kebebasannya, termasuk kebebasan dalam beragama. Dalam satu dekade terakhir, Islam berkembang cukup pesat di wilayah ini. Hal tersebut terlihat dengan semakin banyaknya perempuan di Georgia yang mengenakan jilbab dan niqab (cadar).

“Sekarang kita bisa melihat perempuan berhijab bergabung dengan perempuan yang berpakaian ala Barat. Mereka ti dak dibeda-bedakan dan bisa hi dup bersama,” ujar seorang pengusaha lokal Ibrahim Mohammadove kepada OnIslam.net.

Baca Juga

Tak hanya itu, Muslim di Georgia pun kini bisa dengan mudah mendapatkan pendidikan agama Islam. Seperti dikatakan Ibrahim, kini Alquran yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Turki dan Rusia sangat mudah didapatkan di kota-kota besar di Georgia, misalnya, di Tbilisi. Dari hari ke hari, juga semakin banyak pengajian dan forum pembelajaran Islam serta Alquran.

Mencari makanan halal pun tak jadi masalah di Tbilisi. Padahal, kota ini sangat terkenal dengan anggur olahannya yang beragam. Daging halal juga mudah dijumpai di banyak pusat perbelanjaan besar di kota itu. Produk halal yang dijual di sana memiliki label yang mudah dikenali dan telah dilisensi oleh Pemerintah Arab ataupun Persia.

Setiap tahunnya, ratusan Muslim Georgia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Jumlah jamaah haji ini bisa saja meningkat bila tidak ada kendala finansial yang dihadapi sejumlah Muslim di Georgia. Selain itu, menurut Thamais, pria Muslim Georgia yang berangkat haji pada 2009, masih banyak umat Islam di negeri ini yang belum paham mengenai kewajiban berhaji.

“Jangan bandingkan kami dengan Muslim yang hidup di negara Muslim. Kami saat ini baru dalam tahap mengenal Islam,” ujarnya. Dia me nambahkan, Muslim di Georgia harus melewati jalan panjang untuk meruntuhkan dinding antiagama yang dibangun rezim Uni Soviet. Beruntung, kini tak ada lagi larangan bagi umat Islam untuk beribadah di masjid dan mempelajari Alquran.

Republik Georgia adalah se buah negara transbenua di sebelah timur Laut Hitam, di selatan wilayah Kaukasus antara benua Eropa dan Asia. Bekas republik di Uni Soviet ini ber batasan langsung dengan Rusia di sebelah utara, Turki di sebelah barat daya, Armenia di sebelah selatan, dan Azerbaijan di sebelah timur. Georgia kini dihuni oleh sekitar 4,4 juta pen duduk dengan 84 persen penduduk asli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement