Selasa 12 Mar 2019 19:44 WIB

Ketokohan Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy (1)

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy merupakan tokoh Muslim kelahiran Aceh.

(ilustrasi) Prof Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Foto: tangkapan layar wikipedia
(ilustrasi) Prof Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy merupakan seorang ulama, yang ahli fikih, hadis, tafsir, dan kalam. Di samping itu, pria tersebut juga terkenal sebagai penulis yang produktif, bahkan tergolong pembaharu (mujaddid) Islam di Nusantara.

Dia lahir dengan nama Muhammad Hasbi as-Shiddieqy di Lhokseumawe (Aceh) pada 10 Maret 1904. Nama ash-Shiddieqy diambil dari nama Abu Bakar ash-Shiddiq, lantaran dirinya punya kaitan nasab dengan sahabat Nabi SAW itu dari jalur ayahnya, Teuku Kadi Sri Maharaja Mangkubumi Husein bin Mas'ud. Ibundanya bernama Teuku Amrah binti Teuku Sri Maharaja Mangkubumi Abdul Aziz.

Baca Juga

Lingkungan pesantren yang penuh nuansa religius sudah akrab dengan Hasbi sejak dia masih kecil. Kala itu, dia mendapat didikan langsung di pesanten ayahnya. Selama beberapa tahun hingga umurnya menginjak 15 tahun, Hasbi menyelesaikan pendidikan di pesantren tersebut. Dia pun lantas melanjutkan studinya pada beberapa pondok pesantren yang berada di Aceh dan bertemu dengan ulama bernama Muhammad bin Salim al-Kalali.

Hasbi mendapat bimbingan dalam mempelajari kitab-kitab kuning seperti nahu, saraf, mantik, tafsir, hadis, fikih, dan ilmu kalam. Keinginannya menimba ilmu semakin besar di tahun 1926. Hingga dia memutuskan pergi ke tanah Jawa, persisnya ke Surabaya dan belajar di Ponpes al-Irsyad pimpinan Ustad Umar Hubeisy.

Hanya dalam waktu satu tahun Hasbi sudah mampu menyelesaikan pendidikan di pesantren tersebut. Berbekal ilmu yang diperolehnya ini dianggap sudah memadai untuk memulai jenjang karier baru yakni menjadi pendidik. Komitmennya kuat demi memajukan pendidikan bangsanya.

Mengutip buku Ensiklopedi Islam, Hasbi pun pada akhirnya dipercaya memimpin sekolah al-Irsyad di tempat kelahirannya, Lhokseumawe. Pada waktu yang bersamaan, dia pun aktif melakukan kegiatan dakwah di seputar wilayah Aceh.

Tekadnya kuat dalam mengembangkan paham pembaruan (tajdid) di tengah umat Islam serta memberantas praktik-praktik syirik, bid'ah serta khurafat. Kariernya di bidang pendidikan terus melaju ketika pada tahun 1928 dia diangkat menjadi kepala sekolah al-Huda di Kreungmane, Aceh Utara.

Selain itu Hasbi juga menjadi staf pengajar di HIS (Hollandsch Inlandshe School--setingkat SD) dan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs--setingkat SMP) Muhammadiyah. Tahun 1940-1942 menjadi direktur Darul Mu'allimin Muhammadiyah di Kutaraja dan juga membuka Akademi Bahasa Arab. Kiprah di bidang agama tak ditinggalkan.

Sebagai seorang pemikir dalam kajian hukum Islam, dia dipercaya menjadi anggota Pengadilan Agama Tertinggi di Aceh tepatnya pada zaman pendudukan Jepang. Tahun 1930 meruapkan tahun dimulainya kiprah di lapangan politik.

 

Aktif di Level Nasional

Hasbi kala itu diangkat sebagai ketua Jong Islamieten Bond (JIB) cabang Aceh Utara di Lhokseumawe. Kemudian di tahun 1955 menjadi anggota Konstituante. Akan tetapi dunia pendidikan lebih menarik perhatiannya hingga dia memutuskan untuk tidak lagi meneruskan karier di bidang itu.

Selepas dari keanggotaan di Konstituante Hasbi kembali berkecimpung di dunia perguruan tinggi agama Islam. Di tahun 1960 jabatan selaku dekan Fakultas Syariat IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dipercayakan kepadanya.

Ia pernah pula memegang jabatan dekan Fakultas Syariat Universitas Sultan Agung di Semarang dan rektor Universitas al-Irsyad Surakarta tahun 1963-1968 serta mengajar di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Tak hanya itu kiprah Hasbi. Di sela-sela kesibukannya mengajar, dia selalu menyempatkan diri untuk menuangkan pemikirannya ke dalam tulisan. Terbitlah sejumlah karyanya yang terbukti sanggup mewarnai perkembangan pendidikan agama di tanah air.

Tak hanya di bidang fikih, Hasbi yang sejak 1960 menjadi guru besar Ilmu Syariah pada IAIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta) itu juga produktif menulis.

Baca juga: Ketokohan Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy (2-Habis)

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement