Selasa 12 Mar 2019 07:12 WIB

Menikmati Menu Halal di Guangzhou

Muslim diperintahkan dalam Alquran untuk memakan makanan yang halal.

Restoran Halal di Guangzhou, Cina.
Foto: Ustaz Khumaini Rusadi
Restoran Halal di Guangzhou, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I )*

Sebagai Muslim diperintahkan dalam Alquran untuk memakan makanan yang halal. Bukan hanya halal dari segi bentuknya, tetapi juga halal dalam cara mendapatkannya.

Karena bisa jadi bentuknya halal seperti ayam, kambing, ikan, sayur, dan lain-lain, tetapi cara mendapatkannya dengan mencuri, maka makanan itu tetap tidak halal.

Sudah halal bentuk dan caranya, ada perintah selanjutnya yang thoyyib.

Thoyyib di sini berarti baik akibatnya. Dampak setelah mengkonsumsi makanan itu. Apakah akan menyehatkan dan memberi manfaat atau membahayakan dan menimbulkan penyakit. Daging kambing halal, tetapi bagi yang memiliki penyakit tertentu tidak thoyyib. Maka alquran mengajarkan makan dan minumlah dari rejeki Allah dengan halal danthoyyib. Q.S. al-Maidah/5: 88.

Makan siang di Cina. Khususnya di Guangzhou, tidak terlalu mengkhawatirkan. Karena terdapat restauran dijamin halal masakannya. Pegawainya adalah Muslim dan Muslimah yang berpenampilan menarik dan meyakinkan. Tergambar pada menu-menu masakannya dan cara penyajiannya.

Setelah melakukan ziarah di makam Sa’ad bin Abi Waqqosh dan shalat Zuhur berjamaah di masjid Abi Waqqosh, rombongan ziarah mencari makan siang. Alhamdulillah, Tour Guide sudah memesankan makan siang di restauran Abdullah. Dari penampakannya, benar-benar meyakinkan bahwa restauran ini hanya menyediakan makanan halal. Mulai dari seafood, daging, ayam, dan sayur-sayurnya.

Halaqoh – Himpunan Sosial Aktivis Sholehah Macau, sebagai Panitia pelaksana Ziarah Guangzhouw mendatangkan Ustadz Khumaini Rosadi sebagai Dai Thoriqoh TIDIM Jatman asal Bontang Kalimantan Timur untuk memimpin Ziarah ke makam sahabat Nabi ini.

"Peserta ziarah pun merasa puas dan bertambah ilmu dengan arahan dan taushiyah ustadz,"ungkap ibu Indriyani – Ketua Halaqoh.

Ziarah ini dilakukan pada Ahad (10/3). Dari Macau ke Guangzhou begitu lancarnya melalui jalan tol. Sekitar kurang lebih dua jam rombongan ziarah sampai di tempat ziarah. Bertepatan dengan tibanya saat shalat Zuhur di sana, pukul 13.30 waktu China.

Tidak sampai menginap di Cina, karena jarak Macau – Hong Kong – Cina hanya dipisahkan dengan imigrasi saja. Harus berpaspor dan mendapatkan visa. Ziarah ini dilakukan pulang pergi saja. Perginya mulai pagi sudah berkumpul di imigrasi Macau untuk Masuk ke imigrasi Cina. Pulangnya hingga malam, dari Cina jam 20.00 sampai di Macau jam 22.00.

Ziarah ini sangat mengesankan bagi para jamaah, baik baru yang pertama kali ikut maupun yang sudah beberapa kali mengikutinya. Dengan berziarah ke makam sahabat nabi sa’ad bin abi waqqosh ini, sebagian peserta mengatakan sampai menangis terharu saat mengaminkan doa yang dipimpin oleh Ustaz Khumaini. Ungkap Ratna – Peserta Ziarah yang sudah 2 kali ikut, dan kali ini begitu terasa khusyuk sehingga tidak tersadar menangis.

Selain sebagai pengisi liburan jalan-jalan. Ziarah ini ternyata membuat nyaman hati dan perasaan peserta ziarah. Mereka berbagi sedekah kepada fakir miskin yang mengemis di pintu masuk area makam. Mereka juga terhibur dengan jejeran belanja makanan khas China bercampur Timur tengah, seperti manisan buah tin, kurma, kacang-kacangan, dan lain-lain.

Sebagaimana anjuran nabi untuk berziarah akan mengingatkan akhirat, maka dengan berziarah ini akan menghindarkan pelakunya dari sifat tamak, tidak sombong, melembutkan hati, menenangkan jiwa, menjadikan tenang pikiran dan nyaman dalam menjalani kehidupan.

)* Dai Tidim Jatman,  Dai Ambassador Cordofa,

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement