REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagaimana negeri-negeri dengan peradaban besar, India juga memiliki kekayaan tradisi dongeng. Pelbagai ritual dan perayaan festival di negeri tersebut kerap mengundang tukang cerita untuk menuturkan epos-epos populer, semisal Ramayana atau Mahabharata.
Di Rajasthan, India Utara, juru dongeng disebut sebagai bhopa. Dia selalu memakai busana tradisional, baga, dan diundang pada malam acara-acara penting. Selagi menjalankan tugasnya, istrinya membuat visualisasi kisah dengan memanfaatkan cahaya lampu minyak. Sering kali pertunjukan ini menampilkan kisah dua pahlawan lokal, Pabuji dan Devnarayan.
Tradisi lainnya dari Rajasthan adalah kavad. Instrumen itu dilapisi panel-panel yang memuat gambar para figur pemeran cerita. Sekilas, bentuknya seperti karton komik yang didominasi warna merah bata. Alat ini umumnya dipakai juru dongeng yang berkeliling di perdesaan. Warga setempat, terutama anak-anak, berkerumun untuk menonton hiburan rakyat ini.
Di negara-bagian Bengal Barat, juru dongeng menggunakan pata chitra sebagai alat bantu bercerita. Instrumen itu berbentuk gulungan kertas yang memuat gambar lukisan suatu adegan cerita. Panjang sebuah pata bisa mencapai tiga hingga lima meter, dengan lebar sekitar satu meter.
Cerita yang sering disampaikan seorang patua—sebutan tukang dongeng di sana—ialah tentang Rama dan Krishna. Sekarang tradisi ini diterapkan untuk kisah-kisah perjuangan yang lebih modern, semisal para pahlawan nasional India atau Perang Dunia II. Sasaran cerita umumnya anak-anak.
Mirip dengan pata chitra, padam menjadi alat bantu untuk para juru dongeng di Andhra Pradesh, India Tenggara. Bentuknya seperti gulungan kertas yang berwarna dominan merah bata. Masyarakat Andhra Pradesh juga mengenal kirtan.
Pertunjukan ini merupakan campuran dari pembacaan dongeng, penampilan adegan-adegan, dan senandung lagu-lagu. Para pelakunya, yang disebut sebagai kirtankars, terlihat luwes di atas panggung. Suaranya merdu diiringi pelbagai instrumen musik, baik tradisional maupun modern.
Di Kerala, India Selatan, ada tradisi pertunjukan Chakyar Kuttu yang digelar bersamaan dengan ritual di kuil-kuil Hindu. Juru cerita merapalkan bait-bait yang rumit. Cepat atau lambatnya dia menuturkan syair menggambarkan suasana adegan cerita. Chakyar Kuttu biasanya menuturkan cerita tentang sidang antara para raja dan menterinya.
Dikisahkan bahwa selagi monyet Hanoman melompat dari satu batu ke batu lainnya, juru cerita menunjuk satu per satu menteri-menteri yang bermuka manis di hadapan raja, padahal berperangai buruk di lapangan. Dalam konteks terkini, para penonton di lokasi menjadi target adegan tersebut.