Senin 11 Mar 2019 16:29 WIB

Berbuat Tulus dan Ikhlas

Tulus dan Ikhlas memiliki makna yang sama.

Berbuat ikhlas agar umat Islam tidak menjadi umat penyembah berhala. (ilustrasi)
Foto: www.moslemsubang.wordpress.com
Berbuat ikhlas agar umat Islam tidak menjadi umat penyembah berhala. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Muslih Aziz

Tulus dan ikhlas. Dua kata yang memiliki makna sama. Me nyimpan makna jernih, murni, dan bersih. Beramal tulus dan ikhlas, berarti berbuat dengan tanpa ber cam pur dengan yang lain. Ia bersih, murni, dan jernih se mata karena Allah. Tulus ikhlas me n jadi penentu amal dan semua ibadah serta amal saleh kita diterima atau tidak. "Dan tidaklah mereka diperintah kan sesuatu, melainkan untuk beribadah kepada Allah SWT dengan ikhlas ..." (QS al-Bayyinah: 5).

Tulus ikhlas tidaklah mudah. Selalu ada setan yang masuk untuk mengotori kejernihan niat dan amal. Menyelinap dengan terang, sebuah hasrat dunia yang memesona dan menggoda. Andai kuat dari hasrat dunia yang selain Allah, siap-siap di sergap dengan riya; ingin dilihat, sum'ah; ingin didengar, ujub; bangga diri dengan merasa paling saleh, baik dan ikhlas. Bahkan kita dihimpit takabur, sombong.

"Ya Tuhanku karena Engkau telah menakdirkan aku makhluk sesat ma ka aku akan menggoda (anak-cucu Adam) dengan keindahan dunia dan akan aku bawa mereka ke jalan yang sesat semuanya. Kecuali hambahamba- Mu yang ikhlas di antara mereka." (QS al-Hijr: 39-40). Yang paling tahu kita tulus dan ikhlas hanya Allah (QS an-Najm [53]: 32). Karena itu, serahkan seluruh penilaian hanya kepada Allah. Tu gas kita terus menjernihkan se mangat dalam ibadah dan amal saleh.

Cerita dari Imam al-Ghazali ini sangat menginspirasi. Ada seorang abid (ahli ibadah) yang dikenal sangat kuat ibadahnya. Sampai satu hari seseorang berkabar tentang kemusyrikan yang masif. Satu kam pung menyembah pepohonan besar. Murkalah sang abid ini. Sebilah kapak pun ditentengnya. Di tengah ja lan ia dihalangi oleh iblis. Namun, musuh abadi manusia itu kalah.

Hari kedua, pohon lain hendak ditebangnya. Kali ini iblis menjerat rayuan. "Aku akan menjamin hidup mu dengan meletakkan uang setiap hari di bawah bantalmu asalkan engkau tidak menebang pohon ini." Terjeratlah si abid. Pohon kemusyrikan tetap ber diri tegak. Si abid pun mendulang ma teri luar biasa. Namun di hari ketiga, macet. Iblis ingkar janji. Di bawah bantalnya sama sekali tidak ditemukan uang.

Sang abid pun bergerak cepat. Dalam amarah yang membuncah, didatangilah pohon kemusyrikan itu. Saat kapak hendak diayunkan, si iblis datang dan mengajaknya duel ulang. Sang abid kalah memalukan dan terhina. "Kenapa engkau bisa menga lahkan aku?" Dijawab tegas oleh si iblis, "Keikhlasan telah sirna di hati mu. Kamu datang dengan amarah karena uang yang di bawah bantal, bukan karena Tuhanmu." Wallahu a'lam. ¦ 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement