REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lembaga amil zakat terus bertambah seiring tumbuhnya kesadaran warga untuk berderma. Peran seorang amil menjadi sangat diperlukan di lembaga amil zakat itu untuk dapat menyalurkan amil zakat tepat sasaran sesuai yang telah ditentukan syariat.
Tugas amil agar zakat tersalurkan secara tepat sasaran butuh keahlian yang mumpuni. Pelatihan dan pendidikan menjadi satu-satunya alat dalam mebentuk suatu keahlian khsus yang diperlukan. Bagaimana pendidikan yang didapat seorang amil saat ini. Wartawan Republika, Ali Yusuf, berkesempatan untuk mewawancarai pemerhati zakat, Yusuf Wibisono. Berikut petikannya.
Bagaimana kualitas amil zakat sekarang ini?
Seiring membesarnya skala dan ukuran (size) lembaga zakat, dan tentunya pengalaman yang semakin matang, kualitas amil zakat saat ini semakin membaik. Namun, harus di akui, belum ada standardisasi kom petensi amil yang baku dan adanya kesenjangan yg lebar terkait kualitas amil antarlembaga zakat
Bisa disampaikan kualitas se perti apa yang semakin membaik itu?
Saat ini, kualitas amil zakat se makin membaik, yang didorong antara lain.
Pertama, knowledge sharing and management yang semakin baik di dalam industri, ditandai oleh kegiat an training dan workshop hingga amil development program, penerbitan buku, hingga sertifikasi amil oleh asosiasi lembaga zakat untuk standardisasi kompetensi amil.
Kedua, rekrutmen SDM yang semakin baik, ditandai dengan sistem insentif dan karier yang semakin baik di lembaga zakat, sehingga mampu menarik talents yang berkualitas seperti lulusan PTN ternama. Ketiga, akumulasi pengetahuan melalui pengalaman yang panjang, telah membentuk kapasitas SDM yang berkualitas seiring waktu (learning process).
Apakah standardisasi itu berpe ngaruh terhadap kualitas amil?
Standardisasi kompetensi sangat mendesak karena basis utama setiap lembaga zakat adalah kepercayaan publik, karena itu mutlak membutuhkan SDM dengan kualitas teruji untuk profesionalitas dan tata kelola lembaga zakat yang baik.
Bisa disampaikan kesenjangan seperti apa terkait kualitas amil dan lembaga zakat itu?
Lembaga zakat besar cenderung memiliki kualitas amil yang lebih baik dan bisa menarik talents terbaik karena sistem renumerasi dan jenjang karier yang lebih baik, ditambah akumulasi pengetahuan lembaga. Sedangkan lembaga zakat yang kecil cenderung sebaliknya, memiliki kualitas amil yang lebih rendah.
Faktor utama karena pengalaman lembaga yang minim, rekrutmen SDM yang terbatas dan tidak mampu menarik talents terbaik, plus anggaran untuk pengembangan SDM relatif terbatas.
Apa solusi ustaz terkait persoalan ini?
Harus ada intervensi dari otoritas zakat nasional, dalam bentuk pembinaan dan peningkatan kapasitas SDM, idealnya diberikan secara gratis dan diwajibkan. Lembaga zakat kecil diwajibkan bergabung atau berafiliasi dengan lembaga zakat yang lebih besar, sehingga terjadi transfer of knowledge dan akselerasi learning process.
Sosok amil zakat yang diharapkan itu seperti apa?
Kompetensi Syariah yang mum puni, khususnya fikih ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan wakaf), akhlak yang Islami, plus kompetensi di bidang penanggulangan Kemiskin an dan pemberdayaan masyarakat, seperti kompetensi di bidang pendi dikan rakyat dan kesehatan ma syarakat, Usaha mikro dan kecil, per tanian dan perikanan, hingga penanggulangan bencana dan dak wah Islam
Apakah perlu ada pendidikan khu sus untuk amil zakat?
Menurut saya, ke depan sangat perlu, ya, seiring industri yang se ma kin mature, dibutuhkan pendidikan tinggi, minimal S-1. Di bi dang pengelolaan zakat, setidaknya mencakup empat kompetensi uta ma, yaitu kompetensi syariah dan fikih, kompetensi penghimpunan dana, kompetensi pendistribusian dan pendayagunaan dana, serta kom petensi manajemen dan tata kelola lembaga zakat.