REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga Abu Hurairah termasuk pengikut Rasulullah SAW yang paling setia. Sang kepala keluarga sendiri gemar melaksanakan shalat malam secara berganti-gantian dengan istri dan anak-anaknya.
Misalnya, Abu Hurairah melakukan shalat sunnah tersebut pada sepertiga malam awal. Maka, istrinya menunaikan hal yang sama pada pertengahan malam, lalu anaknya pada sepertiga akhir malam.
Abu Hurairah selalu mengiringi Rasulullah SAW di manapun majelis-majelis ilmu. Karena itu, tidak mengherankan bila dirinya termasuk yang meriwayatkan banyak hadits.
Namun, ada satu kecemasan masih menggantung pada hatinya. Ibu kandungnya masih menyembah berhala. Betapa sedih Abu Hurairah setiap kali mengunjungi rumah ibunya.
Sebab, perempuan yang telah mengandungnya itu tidak hanya enggan memeluk Islam. Dia juga sering mencaci-maki Nabi Muhammad SAW di depan putranya itu.
Suatu hari, ibunda Abu Hurairah begitu kalap, sehingga melontarkan kata-kata yang sangat tidak pantas tentang Rasulullah SAW. Mendengarnya, Abu Hurairah menitikkan air mata, kemudian pergi ke Masjid Nabawi. Sepanjang perjalanan, dia berupaya meredam kesedihan yang berkecamuk di dalam dada.
Di dalam masjid, Abu Hurairah menjumpai Nabi SAW sedang duduk. Dia pun menghampiri beliau, "Wahai Rasulullah, aku telah berulang kali membujuk ibuku supaya masuk Islam, tetapi dia menolaknya. Aku hari ini juga mendekatinya untuk mengajaknya memeluk Islam. Namun, ibuku justru mengucapkan kata-kata yang sangat keterlaluan tentangmu. Karena itu, aku mohon berdoalah kepada Allah agar memberikan hidayah kepada ibuku supaya masuk Islam."
Rasulullah SAW lalu berdoa, "Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada ibu Abu Hurairah."
Setelah mendengar munajat Nabi SAW, Abu Hurairah pamit kepada beliau. Dia pun langsung bergegas menuju rumah ibunya, untuk mengabarkan tentang doa tersebut.
Begitu sampai di sana, ternyata pintu rumah ibunya sedang terkunci. Abu Hurairah mengetuk pintu, serta mendengar suara gemercik air dari luar.
"Wahai anakku, tunggulah di tempatmu," sayup-sayup terdengar suara ibundanya.
Begitu pintu dibuka, ibunya tampil di hadapannya dengan busana sama sekali berbeda dari biasanya. Kini, perempuan tersebut memakai kerudung rapi. Wajahnya mengulas senyuman tulus.
Belum sempat Abu Hurairah mengucapkan kata, ibundanya sudah berujar, "Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad 'abduhu wa rasuluhu."
Abu Hurariah spontan memeluk ibunya dengan penuh keharuan. Setelah mengucapkan salam, dia memohon diri untuk kembali kepada Nabi SAW.
"Aku menyampaikan kabar gembira, wahai Rasulullah. Allah Ta'ala telah mengabulkan doa engkau. Allah telah memberikan hidayah-Nya kepada ibuku untuk memeluk Islam," ucap Abu Hurairah, diliputi perasaan gembira.
Sahabat Nabi SAW itu lantas meminta agar junjungannya tersebut mendoakannya lagi. Kali ini, supaya dirinya dan sang ibunda dekat dan dikasihi orang-orang beriman.
"Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu ini beserta ibunya dikasihi oleh setiap orang beriman, laki-laki dan perempuan," demikian munajat Rasulullah SAW.