Senin 04 Mar 2019 11:26 WIB

Kang Abik: Islam Itu Sastra

Nilai-nilai sastra sudah bisa dilihat, misalnya ketika turun wahyu pertama.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andi Nur Aminah
Penulis Habiburrahman El Shirazy
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penulis Habiburrahman El Shirazy

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Novelis Habiburrahman El Shirazy menilai, Islam tidak perlu lagi disatukan dengan sastra. Sebab, ia menilai, Islam itu sendiri sudah merupakan sastra. "Tidak perlu disatukan karena Islam itu sastra, Islam itu indah," kata Kang Abik, demikian ia akrab disapa, saat mengisi kajian Seneng Takon di Musala Baitul Jannah Bantul beberapa waktu lalu.

Ia mengingatkan, nilai-nilai sastra sudah bisa dilihat, misalnya ketika turun wahyu pertama. Abik merasa, pertemuan Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW saja sudah mengandung sentuhan-sentuhan sastra yang begitu kuat.

Baca Juga

Lalu, di tengah-tengah kegundahannya, kepulangan Rasulullah SAW disambut hangat Siti Khadijah. Khadijah sendiri yang menenangkan Nabi Muhammad SAW dan berusaha membuang segala kegundahan yang mendera kekasih Allah SWT tersebut. "Sutradara sedasyat apapun tidak akan mampu menggambarkan adegan ini," ujar Abik.

Selain itu, ada nilai-nilai sastra yang begitu kuat jika kita menedalani momen turunnya Alquran ke bumi. Itulah, lanjut Abik, momen ketika semua partikel yang ada di bumi dan di langit menyaksikan dengan seksama.

Ia menekankan, dua kejadian itu saja sebenarnya sudah menggambarkan betapa hebatnya sentuhan-sentuhan sastra dalam Islam. Karenanya, Abik berpendapat, Islam memang kental dengan nilai-nilai sastra.

Untuk itu, ia merasa, kita tidak perlu repot-repot memberikan sentuhan sastra kepada Islam. Sebab, Abik menekankan, Islam itu sendiri memang sudah merupakan sastra yang begitu indah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement