Jumat 01 Mar 2019 19:10 WIB

Sastra Islami Bukan Semata Perempuan Berjilbab

Islam itu universal tidak harus selalu menulis perempuan berjilbab.

Rep: Muhammad Riza Wahyu Pratama/ Red: Indira Rezkisari
Asma Nadia
Foto: Republika/Prayogi
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Asma Nadia, sastra Islami tidak semata menuliskan perempuan berjilbab atau laki-laki berjenggot. Sastra Islami bisa menggunakan tokoh siapa saja, termasuk preman. Dalam menuliskan karyanya, Asma Nadia lebih menggunakan Islam sebagai nilai kebaikan universal.

"Kalau saya merasa jalur yang saya pilih adalah kebaikan universal. Islam itu universal, tidak selalu menuliskan perempuan berjilbab, laki-laki berjanggut. Tokohnya bisa siapa saja, bisa preman. Islam itu lebih kepada nilai universal," kata Asma Nadia, Jumat (1/3).

Baca Juga

Selanjutnya, perempuan yang sudah menulis 56 buku itu meyakini, Islam rahmatan lil alamin (Islam adalah rahmat bagi seluruh alam) dapat digunakan secara luas dalam menghasilkan sebuah karya. Konsep itulah yang membuat karya Asma Nadia mampu diterima oleh semua kalangan.

"Saya percaya Islam 'rahmatan lil alamin' merupakan nilai kebaikan universal. Karya fiksi yang saya hasilkan menggunakan nilai kebaikan universal. Dari 56 buku, setidaknya ada 10 buku saya yang sudah difilmkan, seperti Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela, Surga Yang Tak Dirindukan. Karya itu bisa ditonton oleh siapa saja dari semua kalangan," kata Asma Nadia.

Di sisi lain, ketika disinggung soal perkembangan novel dalam sastra Islami. Asma Nadia berpendapat, novel lebih digemari daripada karya sastra Islami lainnya, seperti cerpen ataupun puisi. Hal tersebut bisa dilihat dari kuota penerbit. Jumlah penerbit novel lebih banyak daripada penerbit cerpen maupun puisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembaca novel lebih banyak dari pada pembaca puisi.

"Saat ini novel memang lebih digemari. Hal itu bisa dilihat melalui kuota, misalnya kuota penerbit. Penerbit yang menerima novel lebih banyak daripada yang menerima puisi. Penerbit yang menerbitkan novel lebih banyak dari yang menerbitkan puisi. Dari situ mungkin bisa dilihat bahwa pembaca novel lebih banyak daripada pembaca puisi," kata Asma Nadia.

Selain itu, ibu dari dua orang anak itu menambahkan, novel memiliki ruang yang cukup luas, sehingga memudahkan eksplorasi. Sedangkan puisi memiliki ruang yang lebih sempit. Sehingga dalam membaca puisi, memerlukan usaha lebih besar daripada membaca novel.

Meskipun novel lebih banyak digemari, Asma Nadia tetap menaruh hormat pada penulis-penulis puisi. Persoalan sedikitnya kuota penerbit, hal itu merupakan tantangan bagi para penyair.

Saat ini Asma Nadia sedang menyiapkan peluncuran buku ke 56, yang berjudul "Love Notes". Buku yang diterbitkan oleh Republika itu rencananya akan diluncurkan pada 3 Maret di Islamic Book Fair 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement