Rabu 27 Feb 2019 20:23 WIB

Ketika Eropa 'Berguru' pada Peradaban Islam

Bangsa Eropa merasakan peradaban Islam menyinari mereka.

Pameran peninggalan peradaban Islam di Andalusia
Foto: The Hurriyet Daily News
Pameran peninggalan peradaban Islam di Andalusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hedi Ben Aicha dalam artikelnya untuk The Journal of Library History, menggambarkan besarnya pengaruh literasi Islam di Benua Eropa pada abad pertengahan.

Spanyol dan Sisilia (kini Italia selatan) berturut-turut menjadi mercusuar peradaban. Hal itu terutama berkat keberpihakan para penguasa Muslim setempat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kosmopolitanisme.

Baca Juga

Tambahan pula, para sultan itu memberlakukan kebijakan yang penuh toleransi terhadap umat-umat non-Muslim. Tidak mengherankan bila banyak intelektual Kristen yang tumbuh dan bahkan menjadi pengagum kebudayaan Arab.

Ben Aicha mengutip keadaan Alvaro. Dia adalah seorang penganut Kristen pada abad kesembilan. Alvaro mengeluhkan banyaknya orang Kristen di Andalusia yang lebih suka mengidentifikasi diri sebagai orang Arab.

Banyak rekanku sesama penganut agama (Kristen) yang membaca puisi dan cerita-cerita dari Arab, mempelajari agamanya (Nabi) Muhammad dan pemikir-pemikir (Muslim). Semua itu bukan untuk menyanggahnya (Islam), tetapi mempelajari bagaimana mereka dapat mengekspresikan diri dengan lebih elegan lagi seturut kebudayaan Arab. Di mana lagi kita sekarang mendapati seseorang membaca teks-teks berbahasa Latin tentang Kitab Suci (Kristen)?” tutur dia, sebagaimana dikutip Ben Aicha (1986).

 

Ketika Alquran Akhirnya Diterjemahkan

Tidak semua non-Muslim pada masa itu sejalan pendapat dengan Alvaro. Beberapa mendekati kenyataan dominasi Muslim itu dengan cara yang jauh dari mengeluh. Misalnya, Peter the Venerable (meninggal 1156), seorang kepala biara di Cluny, Prancis.

Pada 1142. Dia ke Spanyol untuk mengunjungi biara Cluniac yang dilengkapi perpustakaan dengan ragam koleksi berbahasa Arab. Dari sana, dia kembali ke Prancis dengan memboyong sejumlah naskah tentang Islam. Inilah pertama kalinya Alquran diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Untuk menjalankan proyek penerjemahan ini, Peter membentuk sebuah tim yang diisi seorang pakar bahasa Arab, Robert of Ketton. Bukan hanya Alquran, naskah-naskah tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW juga dialihbahasakan dari Arab ke Latin.

Meskipun tegas mendukung Kristen--apalagi konteks zaman saat itu adalah Perang Salib--Peter the Venerable cukup adil menilai Islam. Dia dengan lugas mengkritik tulisan-tulisan orang Kristen yang baginya terlalu melenceng dalam memandang Islam, sosok Nabi Muhammad, dan Alquran.

Demikianlah, tradisi kepustakaan Barat sesungguhnya berutang budi pada peradaban Islam yang ratusan tahun lamanya pernah berjaya di Eropa.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement