Rabu 27 Feb 2019 19:58 WIB

Ketika Penguasa Muslim Mencintai Pustaka

Dinasti Abbasiyah begitu mencintai pustaka dan ilmu pengetahuan.

Kejayaan Abbasiyah di Baghdad.
Foto:

Rasa cinta penguasa Dinasti Abbasiyah terhadap pustaka begitu besar. Bahkan, beberapa perang besar yang dilakukan wangsa ini berakhir dengan perundingan yang mensyaratkan penyerahan buku.

Misalnya, perang antara Abbasiyah dan Romawi Timur. Salah satu poin yang diwajibkan sultan Abbasiyah terhadap Byzantium adalah penyerahan naskah-naskah buah tangan astronom Yunani Kuno, Ptolemeus, kepada Bayt al-Hikmah.

Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, naskah-naskah tersebut dinamakan ulang sebagai Almagest. Karya ini dan dua buku lainnya, yakni Siddhanta dari India dan Zij-i Syahriyari dari Persia Kuno, kemudian menjadi masukan penting bagi para astronom Muslim mengeksplorasi lebih presisi lagi posisi benda-benda langit.

photo
(ilustrasi) aktivitas di perpustakaan pada masa keemasan Islam

Di samping itu, mereka juga mengadakan sejumlah koreksi besar atas hasil observasi astronom-astronom dari masa silam itu. Demikian dikutip dari buku karangan Joseph A Angelo, Encyclopedia of Space and Astronomy dan Science and Civilization in Islam karya Seyyed Hossein Nasr.

Di saat bangsa Eropa masih diliputi kebodohan dan mulai melupakan tradisi saintifiknya sendiri, dinasti-dinasti Muslim berlomba-lomba menyumbang pencerahan keilmuan kepada dunia. Baghdad menjadi kawah candradimuka untuk mengumpulkan dan mengembangkan pelbagai ilmu pengetahuan yang muncul dari kebudayaan-kebudayaan besar dunia. Artinya, globalisasi pengetahuan bergeliat pesat di Perpustakaan Bayt al-Hikmah.

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Perpustakaan dalam Peradaban Islam

Fungsi lembaga ini tidak sekadar memenuhi keinginan penguasa Abbasiyah (Arab) untuk menerjemahkan teks-teks penting, melainkan juga ajang bertemunya sarjana-sarjana terkemuka dari penjuru dunia, baik itu Muslim maupun non-Muslim.

Dengan dukungan fasilitas negara, banyak ilmuwan brilian mempersembahkan karya-karya terbaiknya kepada kemanusiaan.

Untuk menyebut beberapa nama, misalnya, sosok genius matematika, Al-Khwarizmi. Dia menulis Kitab al-Jabr saat bekerja di Bayt al-Hikmah era Sultan al-Ma’mun. Dari buku tersebut, berkembanglah teori aljabar atau algoritma yang tanpanya kita semua mustahil memasuki abad internet.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement