Senin 25 Feb 2019 05:05 WIB

Aisha Lemu: Alquran Bukan Buatan Manusia

Awalnya Aisha Lemu bingung dengan cara belajar Islam.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Pelajar Muslimah Nigeria
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Muslimah di Nigeria ini dilahirkan dengan nama Bridget Aisha Honey di Poole. Dia dibesarkan sebagai seorang Anglikan. Kemudian memeluk Islam, menikahi seorang syekh Nigeria dan menjadi pendidik terkemuka dan pendiri Federasi Asosiasi Wanita Muslim di Nigeria (Fomwan).

"Saya dibesarkan di Gereja Inggris, tetapi tidak dapat memercayai agama yang saya anut. Saya merasakan kebutuhan akan kebenaran dan mulai mencarinya di tempat lain," kata dia dalam sebuah pidato pada 2002, dilansir dari telegraph.co.uk. Sejak usia 14 tahun, pencariannya telah membawa ke penelitian agama Buddha dan Hindu.

Kemudian dia mempelajari sejarah, bahasa, dan budaya Cina di School of Oriental and African Studies (SOAS) London. Namun, pada usia 20 tahun dia men derita krisis spiritual, menyadari bahwa tidak memiliki kepercayaan dan tidak ada kepastian tentang apa pun, bahkan keberadaan Tuhan.

Saat itulah dia bertemu dengan beberapa siswa Muslim. Mereka berbicara dengannya tentang Islam dan memberinya Alquran yang diterjemahkan untuk menghilangkan beberapa kesalahpahaman. "Saya tahu sedikit tentang Islam dan tidak pernah menganggapnya sebagai kemungkinan karena citra negatif," kenangnya.

Namun, segera setelah mulai membaca, dia merasakan bahwa ini adalah hal yang nyata. Ini bukan buku yang ditujukan hanya untuk suku gurun 1.400 tahun yang lalu. Itu juga ditujukan kepada semua manusia termasuk dirinya, seorang skeptis agama, yang hidup di era sains.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement