REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Liga Muslim Dunia (MWL) mengusulkan adanya kerjasama antara Muslim dan pemeluk agama lain dalam menjelaskan konsep Islam melalui dialog kepada non-Muslim.
Sekretaris Jenderal MWL Mohammed al-Issa menyatakan pandangan tersebut dalam acara yang diselenggarakan Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat dan Dewan Nasional Hubungan AS-Arab (NCUSAR). Pertemuan itu dihadiri kepala kedua organisasi, serta sejumlah tokoh agama, politik, dan intelektual di Amerika Serikat (AS). Pertemuan itu juga membahas berbagai topik, mulai dari sejarah hingga urusan teraktual.
Al-Issa mengungkapkan keinginan MWL menghilangkan kebingungan di Barat tentang konsep-konsep tertentu, termasuk perbedaan antara ketegasan doktrinal dan ekstremisme intelektual, konsep jihad, umat (negara Muslim), khilafah (kekhalifahan), makna kufur (tidak percaya) dalam Islam, hubungan antara Muslim dan agama lain, dan apakah Muslim membenci budaya Barat?
Seperti dilansir di Arab News pada Selasa (19/2), Al-Issa menjawab pertanyaan ihwal perbedaan Al-Qaeda dan Daesh, yang keduanya sama-sama keras, berbahaya. Dia juga membahas sejarah periode abad pertengahan yang menunjukkan bagaimana umat Islam bisa menyebut Perang Salib sebagai "Perang Frank.”
Sekilas, dia menjelaskan istilah itu muncul karena keyakinan umat Islam bahwa kekristenan sejati tidak akan bertindak seperti itu. Kampanye-kampanye tersebut menghancurkan desa-desa Kristen Ortodoks.
Mengenai hubungan historis dan spiritual antara Timur dan Barat, Al-Issa beranggapan hal itu disebabkan kesenjangan agama dan budaya dalam banyak kasus yang tidak ditangani dengan cara yang benar. Dampaknya, hal itu membuat kurangnya pemahaman antara Timur dan Barat.
Dia juga berupaya mengatasi berbagai penafsiran tentang Islam, termasuk jihad dan penerapan jizyah pada non-Muslim. Dia juga memberikan komentar ihwal keberadaan Muslim sebagai anggota Kongres AS, yakni Rashida Tlaib dan Ilhan Omar.
“Seperti semua anggota Kongres lainnya, mereka harus melakukan tugas nasional mereka dan tetap layak atas kepercayaan rakyat Amerika,” kata Al-Issa.