REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak bukti menunjukkan, Afrika di masa lalu juga telah sangat maju di bidang teknologi pertanian dan produksi tekstil. Selama masa perang Punisia di Afrika Utara, produksi pewarna alami, garum (bumbu ikan yang difermentasi), dan minyak zaitun men capai puncaknya.
Berkat sisa-sisa mesin pengepres minyak zaitun yang sebagian ada di Tripoli selatan, para arkeolog berasumsi bahwa orang-orang Afrika Punisia dan Romawi Utara adalah peng ekspor barang-barang tersebut. Selain itu, alat bajak dan perangkat beroda lainnya juga digunakan oleh orang Afrika Utara untuk bertani.
Sementara, di Afrika Barat naskah adalah bagian penting dari budaya mereka. Karena itu, pembuat kertas, alat tulis, juru tulis, cendekiawan, penjilid buku, penyamak kulit, penyepuh emas, dan petani semuanya akan bersinergi dalam produksi buku-buku Afrika Barat.
Garam juga diproduksi di Pantai Afrika Timur dan Afrika Tengah. Di Mkadini, Tan zania, mereka menguapkan air laut untuk mem buat garam, yang dipraktikkan di per tengahan milenium kedua sebelum masehi. Sementara, di Kibiro, Uganda, garam diproduksi dengan kemurnian 97,6 persen pada awal milenium kedua.
Di Mali, garam dijual seharga dua puluh hingga tiga puluh mithqals, dan kadang-kadang empat puluh mithqals.