Rabu 06 Feb 2019 12:21 WIB

Rahasia Kekuatan Muslim

Konstantinopel dibebaskan oleh seorang pemuda yang tak pernah meninggalkan tahajud.

Pemuda (ilustrasi)
Foto: rakyatpekerja
Pemuda (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu akhirnya benar-benar takluk di bawah pimpinan Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad al-Fatih. Menariknya, raja muda tersebut masih sangat belia, yakni berusia 22 tahun.

Hebatnya eksistensi seorang pemuda ketika itu. Pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah ternyata dipercayakan untuk dimotori oleh seorang remaja belia. 

Baca Juga

Apa yang menyebabkan sang raja muda sedemikian kuat dan tangguh? Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dalam bukunya, Sulthan Muhammad al-Fatih mengatakan, sang sultan tidak pernah melalaikan shalat wajib, tahajud, dan shalat sunah rawatib sejak baligh hingga ajal menjemputnya. Sementara itu, tentara yang ia bawa dalam kancah perperangan tersebut tidak satu pun yang meninggalkan shalat wajib. Separuh dari mereka bahkan dinyatakan tidak pernah meninggalkan shalat tahajud. 

Itulah rahasia kekuatan seorang Muslim dalam menghadapi berbagai macam persoalan dunia. Jadi, mengapa saat ini Islam "diinjak-injak" musuh? Tentu jawabannya, karena para pemuda banyak yang melalaikan kewajiban mereka kepada Allah. Jangankan untuk shalat tahajud setiap malam, sangat sedikit di antara pemuda Muslim yang menjaga shalat wajibnya secara berjamaah.

Hal serupa juga dicontohkan panglima perang termuda kesayangan Rasulullah SAW, Usamah bin Zaid bin Haritsah. Di usianya yang masih kanak-kanak, ia pernah datang kepada Rasulullah SAW bersama anak-anak sebayanya. Ia ingin meminta izin untuk turut serta menjadi prajurit di Perang Uhud. Tentu saja Rasulullah SAW tidak akan mengizinkan anak-anak ikut berperang. Usamah pun menangis layaknya anak-anak karena tak diizinkan Rasulullah.

Ia sedemikian senangnya tatkala Rasulullah mengizinkannya untuk ikut perang Khandaq, walau ia hanya remaja 15-an  tahun. Apa yang membuat seorang Usamah yang masih sangat remaja termotivasi untuk ikut berjihad? 

Ternyata sosok Usamah bin Zaid adalah seorang ahli ibadah yang tak pernah lalai dengan kewajibannya. Seperti dikisahkan Dr Amin bin Abdullah al-Syaqawi dalam makalahnya, "Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah", Usamah disebut-sebut sebagai sosok remaja saleh. 

"Di antara contoh pemuda yang konsisten dengan ketaatan kepada Tuhannya adalah pemuda para sahabat. Seperti Usamah bin Zaid, yang pernah didaulat oleh Nabi SAW untuk menjadi pemimpin pasukan kaum Muslimin yang bergerak ke negeri Syam," tulis al-Syaqawi.

Mereka inilah yang seharusnya menjadi teladan dan panutan pemuda Islam. Mereka tampil sebagai panglima perang Rasulullah untuk membela panji Islam. Sayangnya, pemuda Islam saat ini tampil sebagai pemimpin geng yang sibuk dengan tawuran. Tak jelas apa yang mereka perjuangkan, hanya sebatas gengsi dan arogansi.

Hal ini pulalah agaknya yang menjadikan kepercayaan umat kepada pemuda Islam menjadi kurang. Mereka yang masih muda dianggap belum pantas memimpin dan diberi amanah. Tak ada harapan yang ditumpukan bagi pemuda Islam untuk mengubah kondisi umat yang tengah sakit. Demikian jua, tak ada pula pemuda Islam yang berani tampil percaya diri dengan kapabilitas mumpuni yang didapatnya.

Ketika Rasulullah mengutus pasukan ke Syam, (salah satu daerah di Palestina bernama Abna), ketika itu Usamah bin Zaid yang masih muda dipercaya sebagai panglima perang. Padahal, pasukan besar tersebut terdiri atas pejuang-pejuang senior dari kaum Muhajirin dan Anshar. Di antaranya termasuk Umar bin Khathab dan para Ahlul Badr lainnya. Namun, Rasulullah memutuskan pimpinan pasukan diserahkan kepada Usamah bin Zaid. 

Beberapa sahabat sempat protes. "Anak kecil itu menjadi komandan dan amir dari kaum Muhajirin awal, wahai Rasulullah?" tutur salah seorang sahabat Ayyasy bin Abi Rabiah.

Rasulullah SAW yang masih sakit ketika itu langsung naik ke mimbar dengan selimut dan serban untuk mengikat kepalanya yang sakit. "Telah kudengar sebagian dari kalian mengecam kepemimpinan Usamah. Demi Allah, jika kalian mengecam  dirinya, berarti kalian mengecam bapaknya. Demi Allah, sungguh ia (Zaid bin Haritsah) layak sebagai pemimpin, dan sepeninggal bapaknya, putranya sangat layak sebagai pemimpin. Dan sungguh, Zaid adalah orang yang sangat aku kasihi, demikian juga Usamah. Keduanya layak untuk mendapat semua kebajikan, karena itu, berwasiatlah kalian dalam kebajikan  karena ia adalah sebaik-baiknya orang di tengah kalian," sabda Rasulullah.

Demikian besarnya kepercayaan dan kesempatan yang diberikan Rasulullah kepada para pemuda. Usia tak lagi menjadi penghalang bagi mereka untuk diberikan suatu amanah.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement