REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA— Belajar membaca Alquran tidak memandang usia. Semangat ini setidaknya telah ditunjukkan Tukiyem (56), RT 03/ RW 09 Perum Griya Dukuh Asri, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.
Pelan tapi pasti, nenek yang satu ini mengaku sudah mulai lancar membaca surah- surah pendek, setelah mendapatkan bimbingan belajar membaca Alquran dalam beberapa bulan terakhir.
Kendati usianya telah menginjak ‘kepala’ lima, semangatnya untuk belajar, mulai dari kemampun dasar mengenar huruf hijaiyah, harakat maupun bacaan panjang, tak mau kalah dengan generasi seumuran cucunya.
“Alhamdulillah, kini untuk membaca surah an-Naas sampai dengan at Takatsur sudah mulai lancar," ungkapnya, di Salatiga, Jawa Tengah, Senin (4/2).
Tukiyem merupakan satu dari belasan perempuan paruh baya warga lingkungan RW 09 Kelurahan Dukuh, peserta belajar membaca Alquran metode UMMI, yang difasilitasi oleh relawan Inspirasi Rumah Zakat, Kota Salatiga.
Mereka menjadi peserta program pemberantasan ‘buta Alquran’ belajar membaca Alquran setiap Jumat bersama 18 peserta lainnya yang rata- rata merupakan perempuan paruh baya dan bahkan kaum lanjut usia (lansia).
Relawan Inspirasi Rumah Zakat yang juga pembimbing kegiatan ini, Dwi Pujiyanto, menuturkan para peserta sebagian besar sama sekali tidak bisa membaca Alquran, karena memang dari kecil belum pernah belajar atau pernah belajar tetapi tidak menuntaskannya.
Seperti Tukiyem, saat masih kecil mengaku pernah belajar hingga sampai Iqro’ jilid tiga dan berhenti belajar membaca Alquran. “Walaupun harus mengulangi dari dasar (awal), semangatnya untuk bisa membaca Alquran cukup tinggi,” jelasnya.
Dwi juga menjelaskan, program ini digulirkan Rumah Zakat sebagai ikhtiar untuk mendorong masyarakat ‘melek’ baca Alquran. Sebab di negara mayoritas berpenduduk Muslim masih banyak yang buta membaca Alquran.
Adapun metode pembelajaran ini menggunakan Metode UMMI Dewasa dari UMMI Foundation Surabaya. Pembelajaran menggunakan buku yang dicetak per jilid dan dibantu alat peraga pembelajaran.
Metode ini juga mengintegrasikan hafalan Alquran dimulai dari surah an-Naas.“Belajar membaca Alquran ini memakai metode UMMI, kebetulan kami sudah mendapat sertifikasi guru Alquran dari UMMI Foundation, Surabaya,” jelasnya.
Kegiatan ini, masih jelas Dwi, sudah berjalan setahun lebih. Awalnya ia menawarkan kepada majelis taklim untuk membimbing ibu-ibu maupun anggotanya yang belum bisa atau belum lancar membaca Alquran.
Ternyata banyak ibu- ibu rumah tangga yang sudah lanjut usia tertarik untuk mengikuti program tersebut, karena memang belum mampu membaca Alquran. Sehingga kegiatan yang awalnya hanya membimbing Sembilan peserta, kini sudah menjadi 19 orang.
Di lingkungan Kelurahan Dukuh, lanjutnya, relawan Inspirasi Rumah Zakat menggandeng Majelis Taklim Nurul Islam, RW 09 Kelurahan Dukuh yang kemudian juga memfasilitasi tempat untuk kegiatan belajar.
Setiap hari Jumat, sejumlah ibu- ibu berkumpul di rumah belajar di Jalan Sumantri Raya No 18 RT 03 RW 09 Perum Griya Dukuh Asri, Kelurahan Dukuh, milik Ketua Majelis Taklim Nurul Islam, Hj Latifah.
“Jadi, jika di lingkungan kami –mulai pukul 15.48 WIB—akan banyak anak- anak yang terlihat menuju ke TPQ, di sini pemandangannya para perempuan paruh baya dan manula yang berdatangan untuk belajar membaca Alquran,” kata Dwi.