Kamis 31 Jan 2019 15:45 WIB

Obat Penangkal Penyakit Hati

Saat manusia ditimpa cobaan, kebanyakan akan merasa marah dan merasa tidak adil

Takwa (ilustrasi).
Foto:

Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan, "Barang siapa yang tidak ridha dengan qada (ketetapan) dan qadar (takdir)-Ku hendaklah ia mencari Tuhan selain daripada Aku." (HR At-Tabrani).

Sejatinya, terdapat pengertian ridha yang lebih tinggi dari pengertian tersebut, yaitu ridha dalam arti gembira menerima segala keputusan Allah SWT. Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikatakan Zunnun al-Misri bahwa ridha adalah kegembiraan hati dalam menghadapi takdir Allah SWT.

Seorang sufi yang hidup pada abad pertengahan, Ruwaim, juga mengungkapkan pengertian yang sama. Ia mengatakan bahwa ridha adalah menghadapi ketentuan Allah SWT dengan rasa girang. Seorang sufi wanita terkemuka, Rabi'atul Adawiyah, suatu waktu juga pernah ditanyai tentang kapan seorang hamba menjadi orang yang ridha, kemudian Rabi'ah menjawab, "Bila kegembiraannya di waktu ditimpa bencana sama dengan kegembirannya di kala mendapat kurnia." (Ensiklopedi Islam Jilid IV, hlm 170).

Dalam tingkatan sufi, ridha pada peringkat pertama merupakan maqam bagi seorang sufi, sedangkan ridha pada peringkat kedua adalah hal yang merupakan karunia Allah SWT. Ridha mencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang.

Pendirian orang yang telah mencapai maqam ridha tidak akan terguncang oleh apa pun yang dihadapinya karena baginya segala yang terjadi di alam ini tidak lain adalah kekuasaan Allah SWT yang merupakan iradat (kehendak) Allah yang mutlak. Semua yang terjadi itu harus diterima oleh manusia dengan rasa tenang dan gembira karena itu adalah pilihan Allah SWT yang berarti pilihan yang terbaik.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement