REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Fatayat NU, Anggia Ermarini prihatin terhadap kasus prostitusi daring atau online yang melibatkan artis di Indonesia. "Harusnya kita menggunakan teknologi untuk kepentingan yang maslahat. Saya sangat prihatin," ujar Anggia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (22/1).
Anggia menuturkan, yang namanya publik figur itu harus menjadi panutan masyarakat dan memiliki tanggung jawab yang besar. Karena, menurut dia, para artis itu lebih mudah menjadi pusat perhatian masyarakat, bahkan melebihi tokoh agama ataupun politisi.
"Artis perempuan itu menjadi referensi bagi masyarakat. Tokoh agama atau politik itu kalah dari artis cara menarik perhatian masyarakat. Makanya harus tanggung jawab atas itu," ucapnya.
Karena itu, menurut dia, pendidikan agama menjadi sangat penting untuk diberikan kepada para artis tersebut. Di samping itu, pendidikan agama juga harus terus diberikan kepada masyarakat yang lebih luas.
Karena, menurut dia, sebanarnya tidak hanya penjual jasa yang harus diberikan pendidikan agama, tapi konsumennya juga harus diberikan pemahaman keagamaan.
"Selama ada yang beli yang namanya prostitusi tidak akan pernah tutup. Jadi, sebenarnya pendidikan tidak hanya kepada perempuan yang menjajakan jasa itu, tapi juga kepada masyarakat secara umum," kata Anggia.
Dia pun menyarankan kepada pemerintah untuk terus memberikan pendidikan literasi terhadap penggunaan media sosial, sehingga kasus prositusi daring dapat dicegah. "Literasi terhadap penggunaan media sangat penting," tutupnya.