REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turkistan Timur yang mayoritas warganya memiliki etnis Uighur memberikan bantuan dana kemanusiaan bagi korban tsunami di Banten dan Lampung. Mewakili 3,5 juta masyarakat Uighur, Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur Sayit Tumtruk mengucapkan belasungkawa mendalam atas rentetan bencana yang terjadi di Indonesia, termasuk di Banten dan Lampung tahun lalu.
"Bantuan kami tidak banyak nominalnya, semoga dapat berguna untuk para korban bencana," ujar Tumtruk pada konferensi pers dengan tema Kesaksian dari Balik Tembok Penjara Uighur di Bebek Bengil, Menteng, Jakarta pada Sabtu (12/1).
Turkistan Timur memberikan bantuan dana sebesar 50 ribu dolar AS atau sekitar Rp 700 juta. Sebanyak 20 ribu dolar AS disalurkan melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Tumtruk mengatakan, Indonesia memang merupakan negara yang berada dalam lingkaran Cincin Api. Untuk itu, perwakilan Turkistan Timur ingin merasakan langsung duka yang menimpa korban bencana. Dijadwalkan, besok mereka akan mengunjungi para korban di Lampung.
Selain memberikan bantuan dan mengunjungi langsung korban bencana, Tumtruk datang langsung ke Indonesia untuk mengucapkan rasa bersyukur atas solidaritas Indonesia kepada muslim Uighur yang disiksa di kamp redaksi Uighur di Provinsi Xianjang, Cina.
Demonstrasi mendukung Muslim Uighur di sejumlah daerah di Indonesia dilakukan bulan lalu. Di Jakarta, ribuan demonstran menggelar unjuk rasa di depan Kedubes Cina. Mereka menyuarakan kecaman terhadap apa yang terjadi terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
"Terima kasih untuk warga muslim Indonesia atas nama seluruh masyarakat Uighur di seluruh dunia," ujarnya.
Tumtruk mengatakan, masyarakat Indonesia telah menyuarakan apa yang tidak bisa disuarakan atau diberitahukan masyarakat Turkistan Timur kepada dunia. "Tapi, Indonesia melakukan itu, terima kasih," ujarnya.
Turkistan Timur merupakan wilayah bekas jajahan Komunis Cina pada 1949. Pada 1968-1969, penjajahan oleh Komunis Cina semakin berat bahkan melebihi penjajahan Nazi Jerman. "Dua tahun belakangan adalah bentuk penindasan dan pendzoliman yang lebih kejam dari yang pernah dilakukan Nazi, sebab juga menindas secara akhlak dan pikiran mereka bagi muslim Uighur," ujarnya.
Turtuk menceritakan, 90 persen masjid di Turkistan timur dihancurkan. Menurutnya pemerintah Cina melakukan kekerasan bagi muslim uighur karena memiliki dendam dengan muslim Uighur.
"Sekarang komunis Cina ingin merebut kembali kekalahannya. Meskipun jumlah mereka lebih banyak, namun umat Islam selalu berada di atas mereka," kata dia.
Tumtruk berpesan jika umat Muslim tidak bisa menghalangi mereka, maka 1,5 miliar jumlah mereka akan menjadi boomerang untuk semua di masa depan. "Peran media juga sangat penting. Saya sangat berterima kasih kepada masyarakat Indonesia atas aksi solidaritas didepan kedutaan Cina di Jakarta," ujarnya.