Rabu 09 Jan 2019 15:15 WIB

Asal Mula Memuliakan Tamu

Salah satu kisah tentang kebiasaan itsar berasal seorang sahabat dari kaum Anshar

Adab bertamu/Ilustrasi
Adab bertamu/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Itsar adalah mendahulukan kepentingan orang lain meskipun dirinya sangat memerlukan. Perbuatan ini tentu sangat sulit dilakukan, mengingat kebanyakan orang lebih sibuk memikirkan dirinya dibanding orang sekitarnya. Salah satu kisah tentang kebiasaan itsar berasal seorang sahabat dari kaum Anshar yang bersedia menjamu tamu.

Alkisah, tamu tersebut saat itu mengadukan kelaparan dan penderitaannya kepada Rasulullah SAW. Sahabat Anshar itu membawa tamu ke rumahnya dan berkata pada istrinya, "Ini adalah tamu baginda Rasulullah SAW, jangan sampai kita mengecewakannya, dan untuk menjamunya jangan sampai ada kita me nyem bunyikan apa pun!" Lalu istrinya menjawab, "Demi Allah, aku hanya menyimpan sedikit makanan. Itu pun hanya cukup untuk anak-anak kita."

Lalu suaminya berkata, "Hiburlah dulu anak-anak kita sampai mereka tertidur. Jika sudah tidur, hidangkanlah ma kanan itu untuk tamu kita. Lalu duduklah, kemudian berdirilah dan padamkanlah lampu dengan berpura-pura akan membetulkannya (agar tamu dapat makan dengan leluasa dan dia tidak tahu kalau tuan rumah tidak ikut makan)."

Istrinya melaksanakan rencana tersebut dengan baik dan pada malam itu suami, istri serta anak-anak mereka terpaksa menahan lapar demi memuliakan dan mendahulukan kepentingan tamu mereka.

Dari pengorbanan yang dilakukan sahabat tersebut, dalam surah al-Hasyr: 9, Allah berfirman, "Dan mereka (orangorang Anshar) mengutamakan (orangorang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan."

Malam itu, sahabat yang diketahui bernama Sayyidina Tsabit Al-Anshari beserta istrinya hanya duduk bersama dengan tamunya dan seolah-olah sedang makan pula. Nyatanya sebelum itu Tsabit berkata pada istrinya, "Aku akan mem bawa seorang tamu malam ini, jika dia mulai makan maka padamkanlah lampu dan pura-puralah memperbaikinya.

Selama tamu itu belum kenyang, maka kita jangan makan sedikit pun." Berdasarkan kisah dari kitab Durrul Mantsur, keesokan harinya, saat Tsabit hadir dalam majelis, Baginda Rasulullah bersabda, "Wahai Tsabit, Allah SWT sangat menyukai penghormatanmu kepada tamunya tadi malam."

sumber : Dialog Jumat Republika/Dea Alvi Soraya
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement