Jumat 04 Jan 2019 17:00 WIB

Keutamaan Hari Jumat

Sejumlah hadis mengungkapkan, Jumat merupakan hari yang baik

Shalat Jumat
Foto: Prayogi/Republika
Shalat Jumat

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sejumlah hadis mengungkapkan, Jumat merupakan hari yang baik dan mempunyai keistimewaan. Rasulullah pernah bersabda, sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah Jumat. Pada hari itulah, Adam diciptakan dan pada waktu itu pula ia dimasukkan ke dalam surga. Pada hari yang sama, Adam juga dikeluarkan dari surga.

Kiamat pun, jelas Rasulullah dalam sabdanya, tidak akan terjadi melainkan pada hari Jumat. Ini adalah hadis riwayat Muslim, Abu Dawud, Nasa’I, serta Tirmidzi yang menyatakan kesahihan hadis tersebut. Sayyid Sabiq, mengutip hadis tersebut dalam bukunya, Fiqih Sunnah.

Terdapat hadis lain yang menerangkan hal serupa. Diceritakan Abu Lubanah al-Badri, Rasulullah bersabda bahwa pemimpin seluruh hari dalam setiap minggu adalah hari Jumat. Menurut Rasulullah, Jumat hari paling mulia di sisi Allah SWT bahkan lebih mulia dibandingkan Idul Fitri dan Idul Adha.

Pada hari Jumat, terjadi lima peristiwa besar. Pertama, Allah SWT menciptakan Adam, kedua, Allah menurunkan Adam ke bumi, ketiga, Allah mewafatkan Adam, keempat, pada hari Jumat itu ada suatu saat di mana tidak seorang hamba pun berdoa kepada-Nya melainkan Allah pasti akan mengabulkannya.

 

Tentu selama permintaan tersebut bukan sesuatu yang bersifat haram. Dan kelima, Jumat merupakan hari di mana kiamat akan terjadi. Oleh karena itu, tiada malaikat, langit, bumi, angin, gunung, atau lautan yang tak merasakan ketakutan ketika Jumat itu telah tiba. Sayyid Sabiq mengatakan, Iraqi menegaskan bahwa sanad hadis ini hasan.

Beberapa hadis pun mendorong umat Islam untuk melantunkan doa pada hari yang istimewa itu. Abu Sa’id dan Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa pada hari Jumat terdapat suatu saat di mana Muslim yang memohon kepada Allah pasti dikabulkan permohonannya.

Rasulullah mengungkapkan, saat itu adalah Ashar. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ahmad. Menurut Ahmad bin Hanbal, sebagian besar hadis yang ia terima menegaskan bahwa saat terkabulnya doa itu adalah setelah Ashar. Ada pula keterangan lain melalui hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang ia terima dari Abu Musa.

Ia menuturkan, dirinya pernah mendengar Rasulullah mengatakan saat makbulnya doa itu terjadi di antara waktu imam duduk di atas mimbar sampai selesai shalat. Namun, Sayyid Sabiq menjelaskan hadis tersebut mudtharib, yang berarti hadis terputus sanadnya.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement