Kamis 03 Jan 2019 20:37 WIB

'Jadikan Dirimu Seperti Tamu di Dunia'

Seorang mukmin yang cerdas akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya menghadapi akhirat.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Jamaah  menangis saat mengikuti Dzikir Nasional di Masjid At-tin   Jakarta, Senin (31/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Jamaah menangis saat mengikuti Dzikir Nasional di Masjid At-tin Jakarta, Senin (31/12).

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA— Merantau adalah pergi ke suatu tempat untuk sementara. Jika tujuan merantau untuk bekerja, perantau akan bekerja keras untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya.  

"Bekal itu akan dibawa dan digunakan di kampung halamannya, sebagai tempat menetap sebenarnya," kata pendakwah Habib A Rahman Alhabsy lewat pesan hikmannya yang diterima Republika.co.id, Kamis (3/1). 

Habib menuturkan tentunya perantau tidak akan banyak membeli properti di tempat perantauan atau membeli barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan di kampung halaman. "Sebab, ia sadar bahwa hidup di perantauan hanya sementara," ujarnya. 

Habib mangatakan, dunia adalah kampung perantauan setiap umat manusia di mana tempat kita umat Islam mengumpulkan bekal mudik akhirat. 

"Jadilah dirimu layaknya seorang tamu di dunia ini (sebagaimana seorang tamu tak layak dalam keinginan dan keterikatan), dan jadikanlah masjid-masjid sebagai rumahmu sendiri, penuhilah hatimu dengan belas kasihan, perbanyaklah bertafakkur dan menangislah karena takut kepada Allah SWT,” kata dia. 

Dia menambahkan, letakkanlah bayang-bayang kematian dan keadaan hari kiamat di depan kedua mata. Kehidupan macam apa ini ketika membangun sebuah gedung namun tidak ada orang yang tinggal di dalamnya, atau ketika berkumpul bersama namun tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. 

“Bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kita akan kembali," kata Habib menyampaikan hadis Rasulullah SAW yang diriwayaktan al-Hakam bin Umair.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement