Senin 17 Dec 2018 11:13 WIB

Karakter Kesulitan Hidup

Kadar kesulitan yang menimpa setiap orang setara dengan kesanggupannya

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Agus Fitriawan

Bersama kesulitan ada kemudahan (QS 91: 5-6). Adanya kesulitan bukan untuk menyulitkan, tetapi untuk memelihara kelestarian hidup manusia itu sendiri. Jangan cepat-cepat berburuk sangka kepada Allah SWT. Ingatlah doa para Ulul al-Baab, "Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau dari berbuat sia-sia. Maka jauhkanlah kami dari siksa neraka." (QS 3: 191).

Inilah realitas kehidupan. Banyak hal yang harus kita pahami dari persoalan kesulitan ini. Memahami karakter kesulitan dalam kacamata yang benar, insya Allah akan cukup meringankan kita dalam mensikapi kesulitan itu sendiri. Kegentaran hanya akan melahirkan pribadi-pribadi lemah yang akan digilas oleh kerasnya perputaran zaman.

 

Pertama, kesulitan adalah universal, milik semua orang. Semua manusia yang hidup di dunia ini pasti akan menemui kesulitan dalam hidupnya (QS 2: 155). Kita tidak perlu berangan akan dibebaskan dari kesulitan sama sekali, sebab kenyataannya semua orang telah memiliki jatah agenda kesulitan sendiri-sendiri.

Kedua, kesulitan adalah sunatullah, yaitu suatu hukum yang telah Allah tetapkan secara permanen. Mau atau tidak, suka atau terpaksa, manusia pasti akan berhadapan dengan kesulitan. Sebab, hal ini Allah tetapkan sebagai ba gian dari liku-liku hidup manusia (QS 2: 155-156). Sebagai ujian, kesulitan itu pasti akan datang, lambat atau cepat.

Ketiga, kadar kesulitan yang menimpa setiap orang setara dengan kesanggupannya untuk memikul kesulitan itu. Allah tidak berbuat zalim dengan memberi kesulitan yang ada di luar batas kemampuan hambanya. "Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapatkan siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (QS 2: 286).

Keempat, di balik setiap kesulitan ada karunia kemudahan. Semua orang tentu ingin mengejar kemudahan. Islam mengajarkan, letak kemudahan itu ada di balik kesulitan (QS 65: 7, 91: 5-6). Dengan demikian, jika ingin mengejar kemudahan, kita harus berani menyongsong kesulitan.

Bagi mereka yang mendapatkan ujian kesulitan hidup hendaknya menjadikan kesabaran sebagai hiasan kehidup annya [QS 2:153], dengan membangun sebuah keyakinan bahwa kesulitan itu akan segera berganti kemudahan. Dan, cepat atau lambat, hal itu mudah bagi Allah.

Bagi mereka yang diberi kemudahan dan kesejahteraan hidup hendaknya mampu menunjukkan keteladanan nyata sebagaimana Rasul SAW dan para sahabat contohkan, yaitu kemauan untuk berbagai dengan sesama, dan kepedulian, tolong-menolong, dan mau membantu terhadap orang-orang sekitar yang berada di bawah garis kemiskinan.

Jangan dilupakan, kesadaran bahwa yang dimiliki sekarang—dalam wujud kekayaan atau lainnya—sejatinya hanya titipan belaka; jika Yang Maha Memiliki mengam bilnya, tidak akan merasa kehilangan sedikit pun karena hanya titipan. Kapan saja Sang Pemilik berkehendak akan menarik dan mencabutnya. Kesiapan dalam bentuk yang sedemikian ini agak sulit dipraktikkan oleh mereka yang merasa memiliki segalanya. Kadang keberlimpahan harta melalaikan siapa pun (QS 102: 1). Wallahua'lam. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement