Senin 10 Dec 2018 16:29 WIB

Berburu Mushaf Kuno di Nusantara

LPMQ menemukan banyak manuskrip mushaf Alquran dari abad ke-17, 18, dan 19.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung mengamati mushaf Alquran kuno yang dipamerkan di Gedung Bayt Al-Qur'an, Jakarta, Rabu (6/11).    (Republika/Agung Supriyanto)
Pengunjung mengamati mushaf Alquran kuno yang dipamerkan di Gedung Bayt Al-Qur'an, Jakarta, Rabu (6/11). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama empat tahun, Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Balitbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) memburu manuskrip-manuskrip Alquran nusantara di 20 provinsi di Indonesia. Tak hanya di Tanah Air, LPMQ juga melakukan perburuan hingga ke Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia.

"Selama itu LPMQ memotret manuskrip-manuskrip Alquran tersebut untuk dimasuk kan ke database manuskrip Alquran nusan tara," kata peneliti dari LPMQ, Ali Akbar ke pada Republika.co.id, belum lama ini.

Dalam perburuan itu, LPMQ menemukan banyak manuskrip mushaf Alquran dari abad ke-17, 18, dan 19. Keberadaan mushaf-mushaf kuno itu membuktikan telah majunya peradaban masyarakat Muslim di nusantara pada masa lampau. Cara mereka membuat mushaf Alquran sangat teliti.

photo
Salah satu contoh Mushaf Alquran kuno dari daun lontar

"Alquran sangat tebal dan memiliki banyak ayat, tapi mereka salin dengan sabar dan teliti sampai menjadi mushaf,'' kata Ali.

 

Melalui database manuskrip Alquran nusantara dapat diketahui tradisi menulis dan menghias Alquran yang dilakukan masyarakat Muslim pada masa lalu. Kertas yang diguna kan untuk menulis mushaf dan gaya tulisan nya bisa menjadi bahan penelitian tersendiri.

"Mushaf Alquran juga bisa menjadi salah satu sumber sejarah karena dalam penelitian kita, naskah Alquran berpindah dari satu kerajaan ke kerajaan lain. Naskah Alquran jadi hadiah dari satu kerajaan untuk kerajaan lain," kata dia.

Sebagai contoh, mushaf Alquran dari Bugis sekarang ditemukan di Bima, Sumbawa, Bali, dan tempat-tempat lainnya yang pernah disinggahi masyarakat Bugis pada masa lampau. Di wilayah-wilayah yang disinggahi nya, orang-orang Bugis banyak yang tinggal di pesisir. Tak heran, manuskrip Alquran juga banyak ditemukan di daerah pesisir yang di tempati masyarakat Bugis.

photo
Pengunjung mengamati mushaf Alquran kuno yang dipamerkan di Gedung Bayt Al-Qur'an, Jakarta, Rabu (6/11). (Republika/Agung Supriyanto)

Manuskrip Alquran asal Bugis juga ditemukan di daerah Riau. Hal itu karena pada masa lalu banyak orang Bugis yang datang ke Riau. "Jadi, manuskrip Alquran ini bisa menjadi sumber sejarah masyarakat Muslim di nu san tara,'' ujar Ali.

Berdasarkan manuskrip Alquran yang sudah diteliti, peradaban masyarakat Muslim di nusantara sudah maju. Sejak abad ke-18, misalnya, orang-orang Bugis sudah menyalin (membuat mushaf Alquran) dengan beragam qira at. Dalam Alquran-Alquran dari Bugis, qi raat dicatat di samping kanan dan kiri lem baran mushaf.

Pada masa sekarang, mencetak Alquran hanya mencantumkan satu macam qiraat. Begitu pun di Arab Saudi, hanya mencetak sa tu qiraat. Namun, lain halnya dengan be berapa mushaf dari Bugis, yang mencantumkan beragam qiraat yang berbeda. Hal ini meng gambarkan masyarakat Muslim di masa lalu sudah terbiasa dengan perbedaan.

"Kita harus belajar dari masa lalu, naskah adalah peninggalan yang sangat otentik dari masa lalu, mereka (Muslim Indonesia) punya tradisi menulis yang hebat, Alquran yang banyak halamannya, mereka salin dengan sabar (sampai jadi mushaf)," ujar Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement