REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah ini tentang seorang pencuri yang justru malah bertobat usai mencuri di rumah korbannya. Usut punya usut, ternyata pemilik rumah yang menjadi sasaran target oleh pencuri kali ini bukan sosok sembarangan. Si empunya rumah adalah tokoh terkemuka dari generasi tabiin. Ia adalah Malik bin Dinar, murid para sahabat Rasulullah.
Pencuri tersebut memanjat tembok sebuah rumah di malam yang sunyi dan gulita. Saat masuk di rumah sang ulama, si pencuri mulai mencari barang-barang berharga. Namun, ia telah melihat seisi rumah, tak ada yang dapat ia ambil sebagai barang berharga. Si pencuri benar-benar kecewa.
Tak mendapat hasil curian, si pencuri justru kepergok si pemilik rumah. Rupanya si ulama tengah beribadah dan mengetahui rumahnya kemasukan maling. Namun, dengan santai, sang ulama mendekati si pencuri dan berkata, “Saudaraku, semoga Allah mengampunimu. Anda memasuki rumah saya dan tak mendapati barang yang layak diambil. Akan tetapi, saya tak ingin Anda meninggalkan rumah saya tanpa membawa keuntungan,” ujar si ulama tanpa merasa takut ataupun terkejut rumahnya dibobol maling.
Justru si pencurilah yang terkejut. Ia pun bertanya-tanya, apa maksud si ulama. Malang betul nasibnya, tak mendapat curian, tapi didapati mencuri oleh ulama pula, bisik hati si pencuri. Ia pun hanya membisu, menanti apa yang direncanakan sang ulama.
Ulama tersebut pun pergi ke belakang rumah dan mengambil sebuah wadah penuh air. Ia pun menyodorkannya kepada si pencuri. Tentu saja si pencuri kebingungan. “Ambillah air wudhu dan lakukanlah dua rakaat shalat. Karena jika Anda melakukannya, Anda akan meninggalkan rumah saya dengan harta yang jauh lebih besar daripada harta yang Anda cari saat memasuki rumah saya,” kata sang alim.