Rabu 05 Dec 2018 05:00 WIB

Tafakur Langkah Menambah Iman

Merenung sesaat lebih besar nilainya daripada amal kebajikan manusia dan jin.

tafakur
Foto:

Dalam konsep kaum sufi , tafakur tidak hanya sekadar untuk mengetahui dan menetapkan adanya Tuhan, tetapi lebih dari itu, untuk mencari nilai dan rahasia dari suatu objek yang sedang dipikirkan dan di renungkannya sebagai makhluk yang di ciptakan Tuhan tanpa sia-sia.

Filsuf Islam abad ke-20 Sayid Hussein an-Nasr mengatakan, kosmologi sufi dengan de mikian bertalian dengan aspek-aspek kua litatif dan simbolik benda-benda, bukan dengan aspek-aspek kuantitatif benda- ben da.

Ia menangkap, ada cahaya di atas benda- benda sehingga dengan demikian, benda- benda itu menjadi objek perenungan (tafakur) yang bernilai, mudah dimengerti serta jernih, dan hilang kekaburan serta ke gelapannya.

Dalam Alquran, ada beberapa kata yang memiliki makna sama yang memerintahkan manusia untuk bertafakur. Di antaranya, kata-kata naiara (QS 50: 6-7) dan QS 86: 5-7), tadabbara (QS 38: 29 dan QS 47: 24), faqiha (QS 17: 44), tazakkara (QS 16: 17) dan QS 39: 9) jahirna (QS 21: 78-79), dan aqala (QS 8: 22 dan QS 16: 11-12).

Selain itu, ada pula sebutan-sebutan yang memberi sifat bagi seseorang yang berpikir, yaitu ulu al-albab yaitu orangorang yang berakal (QS 12: lll dan QS 3: 190), ulu al-‘ilm atau orang- orang yang berilmu (QS 3: 18), ulii an-nuha atau orangorang yang berakal (QS 20: 128), dan ulii alabsar atau orang-orang yang mempunyai penglihatan (QS 24: 44).

Kata ayat (tanda) dalam Alquran biasanya dihubungkan dengan perbuatan berpikir atau bertadabur (QS 3: 41 dan QS 19: 10). Biasanya, ayat yang menerangkan tentang fenomena-fenomena alam, akan dipakai kata-kata ayat sebagai indikasi untuk bertafakur. Para mufassir menyebut ayat ini dengan istilah ayat kauniyah.

Ayat kauniyah membahas tentang kejadian alam (kosmos) yang meng indikasikan ada sesuatu yang terkandung di balik tanda itu. Tanda itu harus diper hatikan dan direnungkan untuk mengetahui arti yang terkandung di dalamnya. Jadi, tafakur atau memikirkan dan merenungkan kosmos ini adalah anjuran yang jelas dan tegas dalam Alquran.

Menurut kalangan kaum sufi , bertafakur adalah suatu jalan untuk memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dalam arti yang hakiki. Imam al-Ghazali mengatakan, inilah yang diwadahi oleh tasawuf untuk merenung dan bertafakur, yang selanjutnya menjadi jalan yang akan membawa pada kebenaran hakiki. Al Ghazali mengatakan, pemahaman, pemikiran, dan perenungan tersebut dimulai dari hati yang berpusat di dada, bukan dilakukan melalui akal yang berpusat di kepala.

Pendapat ini sejalan dengan fi rman Allah SWT dalam Alquran surah al-Hajj ayat 46, surah at-Taubah ayat 93, dan surah Muhammad ayat 24 yang mengatakan, alat bertadabur adalah hati, bukan akal. Menurut al-Gazali, hati laksana cermin yang dapat menangkap sesuatu yang ada di luarnya. Untuk dapat menangkapnya dengan baik, hati harus bersih dari kotoran dan noda. Maksudnya, hati harus bersih dari berbagai macam dosa.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement