REPUBLIKA.CO.ID, OLEH: Nur Farida
Salah satu akhlak mulia orang beriman dalam hubungan sosial dengan orang lain adalah menebarkan salam. Baik itu secara ucapan untuk menyapa dan mendoakan orang lain yang berpapasan atau ditemui maupun secara perbuatan dengan menebarkan makna salam berupa kedamaian dan keselamatan dalam kehidupan.
Dalam kitab al-Muwatha' karya Imam Malik dikisahkan, ath- Thufail bin Ubay bin Ka'ab pernah mendatangi Abdullah bin Umar, lalu ia pergi bersamanya ke pasar. Setiap kali keduanya pergi ke pasar, Abdullah bin Umar selalu mengucapkan salam kepada siapa pun yang ditemui, baik itu pedagang maupun orang miskin. Pada hari lain, ath-Thufail kembali datang ke tempat Abdullah bin Umar, lalu ia meminta supaya ath-Thufail menemaninya ke pasar.
Ath-Thufail berkata, Apa yang akan Anda kerjakan di pasar sebenarnya? Anda tidak menjual sesuatu, tidak pula menanyakan harga sesuatu barang untuk dibeli, tidak pula berpencaharian mencari rezeki di pasar itu, juga tidak pernah duduk-duduk di pasar. Duduk sajalah di sini dan mari kami bercakap-cakap.
Abdullah bin Umar berkata, Hai Abu Bathn (julukan ath- Thufail), sesungguhnya kita pergi ke pasar itu untuk menebarkan salam kepada siapa saja yang bertemu dengan kita. Dari cerita ini, kita bisa melihat kebiasaan Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar, putra Umar bin al-Khathab sekaligus sahabat dekat Nabi. Ia biasa mengajak ath-Thufail untuk pergi ke pasar bukan untuk melakukan aktivitas dagang, melainkan untuk menebarkan salam, yakni mengucapkan salam kepada setiap orang yang ditemuinya di situ.
Ini persis dengan pesan yang disampaikan Nabi kepada seorang lelaki yang bertanya kepada beliau tentang amal yang paling baik dalam Islam. Beliau menjawab, Engkau memberikan makanan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang sudah engkau kenal dan orang yang belum engkau kenal. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dengan ucapan salam, seseorang berarti mendoakan orang lain agar selamat. Salam juga berarti bentuk sapaan ter ha d ap orang lain. Islam sangat menganjurkan untuk mene bar kan salam, mengingat di dalamnya berisi doa. Salam dalam hal ini mengandung dua hal sekaligus: doa dan sapaan.
Sapaan bisa jadi hanya kepada orang yang sudah kita kenal, sementara salam dianjurkan untuk disampaikan kepada orang yang sudah kita kenal maupun yang belum karena di dalamnya adalah doa untuk semua orang. Semua yang bertemu dengan kita di manapun, kita doakan.
Dalam hal ini, salam bisa menjadi penguat tali persauda raan dan kasih sayang di antara sesama. Semakin sering sa lam kita ucapkan, semakin kuat juga kasih sayang serta ikatan dan persaudaraan kita. Sebaliknya, semakin jarang kita meng ucap salam, kasih sayang dan persaudaraan kita dapat mele mah bahkan retak.
Salam adalah sarana komunikasi efektif untuk memperkuat dan meneguhkan ikatan sosial itu. Salam mendekatkan jarak atau gap sosial yang melebar. Salam mem buat orang yang tadinya tak kenal menjadi kenal dan memper kuat hubungan orang yang sudah dikenal. Salam juga melun tur kan permusuhan, keterasingan, dan kecurigaan di antara sesama.
Salam pada hakikatnya mengajarkan kita untuk berko mu nikasi secara baik dengan sesama kita tanpa membeda-beda kan. Saling mendoakan yang berarti saling berharap agar ma sing-masing kita mendapatkan keselamatan, kebaikan, dan ke suk sesan.
Sekaligus berharap agar masing-masing kita ter hin dar dari halhal buruk dalam kehidupan. Orang yang ingin selamat atau berhasil dalam hidupnya perlu keberadaan orang lain yang men dukungnya.
Dukungan tidak selalu bersifat ma teri, tetapi juga nonmateri dalam bentuk doa seperti salam. Sa lah satu nama Allah adalah as-Salam. Menebarkan salam ber arti juga bentuk meneladani nama Allah yang indah (Asmaul Husna). Wallahu a'lam