REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berdasarkan beberapa penelitian, kalangan milenial di Indonesia cenderung intoleran dan radikal. Psikolog dan Peneliti Radikalisme, Arijani Lasmawati menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kalangan milenial terpapar radikalisme.
Pertama, menurut dia, kalangan milenial mudah terpapar radikalisme lantaran tidak ada figur yang diidolakan di dalam keluarganya, sehingga terpengaruh oleh figur di luar yang cenderung radikal. Selain itu, kata dia, ada kelompok radikal yang memang sengaja menarik kalangan milenial.
"Faktor lain yang berpengaruh adalah faktor penarik yang membuat dia jadi radikal. Ada kelompok radikal yang menarik dirinya di deket tempat tinggalnya," ujar Lasmawati dalam diskusi bertema 'Muslim Milenial: Menguatnya Radikalisme dan Tantangan Wawasan Kebangsaan' di Kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (30/11).
Menurut dia, kalangan milenial juga sangat mudah terpapar radikalisme lantaran mendapatkan pengajaran yang sifatnya dogmatis dan tekstual. Sementara, menurut dia, kalangan milenial sangat suka dengan literasi.
"Ada pengajaran kita yang dogmatis dan tekstual. Remaja kita banyak suka banget dengan literasi," ucapnya.
Lasmawati juga mengatakan, masalah ekonomi juga menjadi penyebab banyaknya kalangan milenial yang terpapar paham radikal. "Kemudian masalah ekonomi kurang memadahi. Mereka merasa senjang ekonomi makanya banyak yang merasa kecewa sehingga mereka mudah dibujuk untuk berperilaku radikal," katanya.
Lasmawati mengaku telah melakukan penelitian kualitatif secara mikro terkait radikalisme dan terorisme di Indonesia. Lasmawati mengatakan bahwa dirinya telah menjumpai satu persatu mantan pelaku.
"Dan saya juga anggap mereka bagian dari korban karena saya gali mereka banyak dari kalangan usia remaja. Hasil temuan saya, ada 18 orang dari kaum milenial yang terpapar radikalisme bahkan udah melakukan terorisme," jelasnya.