Kamis 29 Nov 2018 15:42 WIB

Jangan Terjadi Politisasi Agama di Reuni 212

Dalam bingkai NKRI, agama sebaiknya dijadikan sebagai inspirasi bukan aspirasi.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Ribuan umat Islam mengikuti Reuni 212 di Monumen Nasional, Jakarta (ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ribuan umat Islam mengikuti Reuni 212 di Monumen Nasional, Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Robikin Emhas menanggapi rencana digelarnya Reuni Akbar Muhajid 212 pada 2 Desember mendatang. Dia mengatakan, jangan terjadi politisasi agama dalam Reuni 212. "Dalam bingkai NKRI, mari jadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi," kata KH Robikin melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (29/11).

Ia mengajak agar menjadikan agama untuk memuliakan harkat dan martabat kemanusiaan. Supaya meningkatkan etos kerja dan daya saing sebagai bangsa serta mempertinggi peradaban dunia. Jangan menempatkan agama sebagai alat meraih suara dalam politik electoral.

Baca Juga

Ia menyampaikan, kalau kegiatan Reuni 212 dimaksudkan sebagai ajang silaturrahim, maka silakan saja. Itu bagian dari upaya mempererat persaudaraan di antara sesama umat Islam (ukhuwah islamiyah). Sebab silaturrahim atau mempererat tali persaudaraan adalah perintah agama. 

Tentu hal itu harus dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi adab dan tata cara bersilaturrahim. "Oleh karena itu tolong jaga ucapan dan tindakan, jaga ketertiban dan jangan mengungkapkan kalimat yang dapat dimaknai sebagai ujaran kebencian, serta jangan ada adu domba," ujarnya.

KH Robikin mengatakan, upaya memperkokoh ukhuwah Islamiyah tidak boleh diciderai dengan melakukan tindakan-tindakan yang berpotensi merusak harmoni sosial sebagai sesama warga negara (ukhuwah wathaniyah) maupun warga dunia sebagai sesama anak manusia (ukhuwah insaniyah). Dia menebgaskan, jangan sampai niat baik mempererat silaturahim, meningkatkan ukhuwah Islamiyah dalam forum Reuni 212 justru merusak ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah.

"Tiga matra persaudaraan (ukhuwah) tersebut harus berada dalam satu tarikan nafas, tidak boleh dipilah dan hanya diambil salah satunya," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement