Kamis 29 Nov 2018 06:06 WIB

Kisah Khalifah Umar dan Dua Pemuda

Sesama umat Islam memang sudah selayaknya saling memaafkan.

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA -- Kisah berikut ini mengajarkan kepada kita tentang satu hal yang barangkali beranjak disepelekan dalam kehidupan sekarang, yaitu menepati janji.

Jika hari-hari biasa sinar matahari begitu panas menyengat di Makkah dan Madinah, tidak hari itu. Embusan angin menyapu lembut ke setiap penjuru kota. Menikmati kondisi tersebut, Umar bin Khattab bersama sahabat lainnya sedang duduk-duduk setelah mengerjakan urusan yang menjadi kewajibannya sebagai khalifah.

Umar memang terkenal loyal dengan rakyat. Ia selalu melihat keadaan rakyatnya sebelum dia berdiskusi dengan sahabat-sahabatnya yang membantunya dalam menjalankan pemerintahan. "Salam, wahai Khalifah Umar. Semoga engkau selalu dalam keadaan baik."

Umar langsung menjawab salam dan balik mendoakannya. "Semoga engkau juga demikian, wahai anak muda." Kata Umar kepada dua pemuda yang sedang memegangi seorang laki-laki dengan tangan terikat.

Setelah menjawab salam, pandangan mata Umar tidak lagi tertuju ke dua orang pemuda itu, tetapi beralih kepada seseorang dengan tangan terikat yang datang bersama dua pemuda itu. Meski mengetahui bahwa itu adalah ketidakadilan, Umar tak tergesa-gesa berkesimpulan. Ia tidak mendahului bertanya sebelum mendengarkan penjelasan langsung dari kedua pemuda itu, mengapa ia membawa seseorang kepadanya dengan tangan terikat 

"Wahai Amirul Mukmin, pemuda ini telah membunuh ayah kami." Setelah itu, pemuda yang sementara terikat tangannya berkata. "Wahai Amirul Mukminin, dengarkanlah penjelasanku terlebih dahulu," pintanya.

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement